Selasa, 22 Oktober 2013

Serpihan Portuguese dan kelezatan Egg Tart di Macau


Hen, Mau kemana lagi..? ikut dong gue....begitulah isi BBM yang saya terima sesaat setelah saya posting status "Check" in di Airport. Saya memang sedang ingin berada disuatu tempat jauh dari Jakarta. Tempat yg belum pernah saya datangi, tempat dimana tentunya tanpa banyak agenda.


Disinilah  gue sekarang. Di Macau "The sin city of Asia". Macau sebenarnya kota yg tidak terlalu cocok buat traveler seperti saya, sebab disini semuanya dibuat berlebihan. Jauh dari konsep natural. Hotel-hotel megah berdiri menjulang. Sinar lampu berwarna warni yang menyibukan mata, sibuk sekali, untung saja saat ini saya tidak sendirian, tetapi bersama beberapa rekan traveler lainnya sehingga kekecewaan ini sedikit terobati dengan gelak tawa diantara kami.

Macau tentu saja identik dengan kasino dan judi. Malam ini pun, saya memutuskan untuk koprol dua kali dari hotel saya yang terletak tepat diseberang airport untuk menuju satu demi satu kasino yang ada di pusat kota.

Sebut saja Lisbon, Whynn dan MGM beberapa dari hotel di Macau yg juga menyediakan kasino-kasino besar. Sekedar melihat saja tak ada salahnya, walaupun tidak benar benar menikmati apa yg saya lihat sebab gambling isn't my thing. Tidak lama setelah berkeliling dan berphoto di setiap sudut kota, saya akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel. Lelah terasa setelah penerbangan 5 Jam yg lumayan menguras energi.

City of the dreams, Macau
Di hari kedua saya di Macau, perjalanan pun berlanjut menyusuri The Venetian, hotel yg katanya kudu mesti harus wajib dikunjungi para turis bila bepergian di Negeri Egg tart. Ya sekali lagi gitu deh cuma sebuah mall dengan tunnel palsu yang sama sekali ga mirip dengan aslinya. Jejeran shoping arcade tentu saja membalut bangunan ini dan memberikesan tanpa berkarakter selain sebagai shopping arcade. Well what d'u expect anw.

Not everything here is dissapointing, saya terpukau dengan betapa mudahnya transportasi umum di kota ini. Seluruh spot spot yang saya sebutkan diatas terhubung satu sama lain dengan bus yang di operatori secara gratis oleh kasino kasino. Mereka seolah mengerti benar konsep "jemput bola dan kuras kantong" . Saya sih tidak peduli selama ini menguntungkan saya. I wish one day Jakarta bisa punya moda transportasi yg se "easy" ini. #seriusan berdoa.

Dari Venetian saya ambil bus ke City of the Dreams, niatnya sih mau lihat big giant LCD display yang kata orang luar biasa besar itu. Again menurut saya it's biasaaaaaa...banget. Sumpah ga ada apa apanya dengan yang ada di Mall taman anggrek.

Sekali lagi I have to say that this city isn't my favorite. Selesai berkunjung ke city of the dreams kemudian langkah kami arahkan menuju sebuah kompleks gereja yang terkenal dengan nama ST Paul Church. Gereja yang konon pernah terbakar dua kali ini adalah landmark utama kota Macau. Disini dapat kita saksikan bekas bekas  reruntuhan bangunan asli gereja yg tersimpan dengan sangat apik. Ramai sekali pengunjung ditempat ini, sehingga sedikit menyulitkan bagi saya untuk mengambil photo narsis saya. Hmm untung fajar sang photographer selalu bersedia mengambil photo dengan kamera SLRnya.

Selepas dari St Paul Church, kami menuju ke Senado Square. Kalo di Indonesiakan sih sebenarnya Senado Square itu artinya alun alun utama. Konon saat portugese menguasai Makau, disinilah district teramai. Senado Square merupakan juaranya kota ini, bagi saya letaknya yg strategis dan tata bangunan tua yg masih terawat dengan baik menjadikan Senado Square seolah berhasil menggiring saya pada potongan potongan kehidupan di Eropa tempo doeloe.

Berjalanlah sedikit ke arah Lisbon, saksikan jajaran bangunan pertokoan yang menyediakan belbagai sajian yang berbahan baku susu. Nampaknya susu adalah kegemaran warga disini selain egg taart pie tentunya.. okay lemme stop this spoiler, please enjoy the pictures

locals



The Venetian


one corner @ Lisbon Hotel Macau

The Venetian


ST. Paul Church


Antri Mie










Selasa, 25 Juni 2013

Brunei day two....ngayap ke perbatasan


Si tampan mentari sudah beranjak meninggi. Bias bias cahayanya menembus masuk melalui sela sela gordyn kamar gue. Wuaaa... ini adalah hari kedua gue di Bandar seri Begawan.

Morning in Bandar
Mata masih sedikit lelah setelah semalam diajak Issam dan Fajar berkeliling Kota. Mereka menyebutnya night safari. Awesome bahkan gue , Issam dan Fajar menyempatkan untuk sejenak bershalat Isya di masjid sultan Hassan al Bolkiah. 
 


Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi. Gue harus segera turun dan sarapan. Bila semuanya sesuai schedule hari ini tepat pukul sembilan, gue dan beberapa tamu hotel lainnya akan mendapatkan fasilitas city tour gratis dari hotel. Menyenangkan sekali bukan? hal yg mustahil terjadi di tempat lain dan tentu saja hal ini tidak boleh gue lewatkan.


Bandar Seri Begawan sebenaranya adalah sebuah kota yg kecil, bahkan sepertinya lebih kecil dari negara kota Singapura. Jadi berkeliling kota selama sehari saja adalah hal yang memungkinkan. Tour gratis yang di set up sama pihak hotel dimulai dengan mengunjungi Kampung Ayer. Berbagai reaksi timbul saat para tamu melihat sebuah kawasan tempat tinggal yg lekat dengan ciri khas masyarakat asli Brunei Darussalam. Ya, konon jauh sebelum masyarakat Brunei membangun rumah di daratan, di kampung ayer inilah mereka tinggal.


Kampong Ayer
Kampung Ayer seperti namanya adalah sebuah perkampungan yang letaknya diatas sungai dan terapung. Menurut gue sih ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di seputaran sungai kapuas di kalimantan Barat 
 
Adalah Jella si bule tinggi jangkung asli negeri Belanda yg ikut bersama rombongan gue, takjub dengan apa yang ia lihat. Dia selalu mempertanyakan sekaligus kagum bagaimana orang bisa hidup diatas sungai seperti itu. Di bus ini isinya ada gue, Jella si kompeni, dan dua mak cik dari johor bahru, serta sebuah keluarga Chinese-Malaysia lainnya. It was a fun tour, we were talking about so many diversity. Eh bener kagak neh tenses nya.
 

Perjalanan pun berlanjut ke sebuah istana yang besar. Disinilah tempat tinggal sang sultan Hassan al Bolkiah. Sayangnya penjagaan begitu ketat hingga gue pun tak berhasil mengabadikan istana penguasa Brunei ini. Kemudian kami semua dibawa kesebuah pemberhentian. Sepertinya tempat ini adalah tempat yang disediakan oleh istana untuk mengambil gambar. Sayangnya tidak ada yang terlhat selain kubah emas istana dan anak buaya yang menyambut rombongan di bibir sungai. Spooky..dan beginilah penampakannya.
 
Kubah emas istana sang sultan
Gue, Jella dan dua makcik dari Malaysia kemudian memutuskan untuk turun di komplek The Royal Regal Gallery. Tempat yang namanya mirip merk biskuit ini seperti museum, tapi sejatinya tempat ini adalah tempat dimana semua logistik kerajaan yang biasa digunakan dalam acara acara kerajaan disimpan. Di dalam galeri ini, pengunjung dilarang untuk mengambil gambar. Gambar hanya diperbolehkan saat kita berada di bagian lobby saja. Terlihat banyak sekali suvenir souvenir dari beberapa pemimpin negara negara besar di dunia. Selain itu ada pula satu section ruangan yang dipenuhi dengan dokumentasi dan literatur bersejarah berdirinya negara Brunei Darussalam.

Goldish kereta kencana
Lelah seharian berkeliling galeri, gue dan Jella memutuskan untuk kembali ke Hotel. di perjalanan, gue bilang sama si bule, kalo gue mau ke perbatasan Brunei dan Malaysia bersama si Issam dan Fajar, dan rupanya doski tertarik. Wilayah Malaysia yang terdekat dari Brunei adalah Sarawak. Ini berarti akan menjadi persinggahan gue yang ke dua di Sarawak. Sebelumnya saya pernah berkunjung kesini pada bulan puasa beberapa tahun yang lalu. Tepatnya ke Kuching. Tidak ada tujuan khusus sih sebenarnya buat gue untuk berkunjung ke Sarawak kali ini. Hanya mengisi waktu saja. Issam nyetir kayak orang kesetanan. Bayangkan, mobil city car buatan Korea dilaju dengan kecepatan melebihi 140 KM/Jam. Issam gilaaa....

Border yeaaay....
Sesampainya di Sarawak, kami memutuskan untuk bergegas mengejar sunset di sebuah pantai yang luar biasa. Pantai ini terlatak di kota bernama Miri. Pantai yang luar biasa menarik. Kontur pasir di pantai ini sekilas mengingatkan gue pada sebuah pantai di Langkawi. Berbulir bulir seperti ketumbar. Menggelikan sekali. Issam pun menjelaskan mengapa pasir pantai disini berbentuk demikian. Menurut "prof" Issam, butiran tersebut merupakan hasil dari fenomena alam kepiting kepiting kecil yang sedang membangun sarang di bawah permukaan pasir. Good info prof..!!! (wueeeks).
Pict by Fajar
Meskipun sunsets yang kami kejar bersembunyi dibalik balutan balutan awan, namun tetap saja tidak mengurangi keindahannya. What a beautiful evening. Pindar cahaya mentari senja menjamah seluruh makna sore ini. Membangun kebersamaan yang indah diantara saya, Issam, Fajar dan Jella. Sebelum pulang kembali ke Brunei kami memutuskan untuk makan malam sejenak di pinggir pantai. laiknya di Jimbaran deru ombak yang berkejaran menjadi lagu merdu yang menemani santapan santapan makan malam yang lezat. Seafood with bunch of new  friendly friends..what else do u need ?.

................masih ada sambungannya lagi neh ye





Selasa, 18 Juni 2013

Day One....It's Brunei Bro....

La..la..laa...halloooooo siapa hayo yg pernah bilang kalo di negeri minyak Brunei Darussalam ga ada tempat yg menarik buat dikunjungi? loe ya..? loe kan..? dan pasti elo juga deh. Well lemme tell you somethin brotha loe semua udah salah besar. Brunei itu menarik banget kelesssssss....banyak banget spot spot bagus yang layak di kunjungi.
 


Water Front
Gue emang sempat pesimis, saat berkunjung ke Brunei beberapa waktu lalu. Dari beberapa pendapat orang yg gue tanya, mereka semua malah menyarankan untuk cari destinasi lain aja. haloooooo ude beli tiket juga kali gue, masa iya si maskapai murah negeri jiran bisa di refund?. agak agak goblok juga sih gue karena pilih penerbangan budgeted yang mengharuskan gue untuk transit berjam jam di KL, sementara penerbangan premium nya cuma selisih beberapa ratus ribu rupiah saja. I'm soo blame my baby for this.
 
Adalah Achmad sang driver dari hotel yang menjemput gue di airport. Achmad bercerita bahwa hari ini (jum'at) adalah hari libur. Ya, tidak seperti umumnya kita di Indonesia, hari jumat adalah hari libur bagi  masyarakat di Brunei. Betul saja,  jalanan tampak tidak seberapa ramai, pas sekali, saya memang sedang ingin menjauh dari keramaian. Kemudian si Achmad kembali melanjutkan ceritanya, bahwa ia adalah seaorang mantan atlit bola voli di kerajaan Brunei dan pernah bertanding di Indonesia, lebih tepatnya di Surabaya. Ironis, ternyata tidak hanya di Indonesia aja profesi atlit memiliki masa depan yang agak "ya udah lah ya", sampai harus jadi driver di hotel segala. Menariknya Achmad mengembalikan tips yang gue berikan dan kemudian gue baru tahu bahwa ternyata airport pick up di hotel ini pun gratis. Begini neh kalo bisnis di negara yang dah kebanyakan duit...banyak gratisannya.

 
Selain traveling sebenarnya gue juga ke negeri minyak ini untuk menemui seorang teman lama (wuekss). Teman yang gue kenal saat berasik mahsyuk dalam sebuah festival budaya di Bondowoso. si Issam namanya, Issam ini sebenarnya orang Cirebon tapi logat dan tampangnya emang ga kayak orang Cirebon kebanyakan. Usut punya usut doski (taelaaa doski) keturunan Arab..kampung Arab maksudnya hehehe. Nah si Issam kemarin jemput gue ke hotel bersama Fajar, Barudak Bandung yang udah tiga tahun kerja di Bandar Seri Begawan. Ampun dijeh, kemana mana jalan ketemunya orang Indonesia lagi, Indonesia lagi.

meeting Issam and fajar
Issam dan Fajar memulai tugas nya sebagai tour guide gue selama di Brunei dengan membawa gue ke sebuah pantai. Pantai yang tenang, dan syahdu (duileee), mirip pantai pantai di film Dono featuring Eva Arnaz. Bener aja pas gue sampai di salah satu sisi pantai, ada seorang cewe Brunei lagi joging dengan head band dan gerakan berlarinya yaoloooo seolah sedang berlari di slow motion. Asli lebuay. Pantai ini tampak seperti pantai pribadi, letaknya yang berada di halaman belakang sebuah hotel ternama di Brunei, memberi kesan ekslusif.
 
Setelah mentari kembali ke peraduannya, kami memutuskan untuk mencari makan malam di "Bandar", begitu sebutan mereka untuk pusat kota. Sebuah restaurant all u can eat menjadi pilihan kami. waktu pun seolah membeku diantara perbincangan perbincangan gue bersama Issam dan Fajar. Menarik sekaligus kagum mendengar cerita kedua kawan ini. Selesai bersantap malam kami meneruskan perjalanan kami menuju sebuah night market. Sebenarnya gue pernah melihat yang seperti ini saat gue berkunjung ke Kuching di Sarawak dan Sabah beberapa waktu yang lalu. Hmm namun tetap saja melihat pasar selalu menjadi daya tarik tersendiri buat gue.
masjid Sultan Hassan Al Bolkiah
Tidak lengkap tentunya bila mengunjungi Bandar seri begawan tanpa melihat kemegahan masjid. sebagian besar masjid di sini bisa di bilang "maksimal".sebagian besar dikhiasi dengan emas. Bahkan di masjid Sultan Bolkiah kubahnya konon terbuat dari emas murni. Lebih gila nya lagi di masjid ayah sang Sultan, sekeliling dinding masjid dilapisi oleh emas. Subhanallah. itu negara kayanya ga nanggung-nanggung. Udeh gitu konon tongkat yang ada pada setiap kubah masjid terbuat dari emas batangan dan ditancapkan sendiri oleh sang ayah Sultan Hasan Al bolkiah. Top Banget dah.
 
masih ada terusannye..... 
 

 
 
 
 
 

Selasa, 19 Maret 2013

Terpukau (anak) Krakatau


Terbuai oleh rayuan seorang rekan yang dengan semangat 45 mengajak saya untuk ikutan trip ke Gunung Krakatau maka inilah petualangan saya.

Anak gunung Krakatau
Masih ingat kan cerita saya yang enggan naik ke gunung Kinabalu karena untuk kesana saya harus membayar sekitar dua ratus US$  dengan reservasi enam bulan sebelumnya? Nah perjalanan saya kali ini lebih seperti balas dendam sekaligus aksi saya menampar segala ide membayar untuk naik gunung. Walaupun gunung bukan tempat tujuan favorit saya, tapi  sesekali saya tak keberatan melakukannya. Beberapa gunung yang telah saya naiki sejauh ini adalah, gunung Bromo di Probolinggo, gunung Ijen di Bondowoso, dan Gunung Agung di bilangan Blok M Plaza (hehehe). Tentu saja yang teranyar adalah Anak gunung Krakatau yang terletak di selat sunda, diantara pulau Sumatra dan Jawa. 

Kami berangkat dari Jakarta sekitar pukul delapan malam. Dengan menggunakan busway kami pun berangkat menuju terminal Kalideres. Sesampainya di terminal Kalideras, kami pun berhenti sejenak untuk menunggu rekan rekan lain yang akan bergabung bersama kami menuju anak gunung Krakatau.  Perjalanan menuju pelabuhan Merak ditempuh kurang lebih tiga setengah jam dan setelah itu kami harus menyebrang dengan ferry menuju Lampung.
 
Pagi dini hari di Keesokan harinya kami sampai di pelabuhan Bakauheni, Lampung. Saya sebenarnya tidak meyukai situasi ini, situasi dimana pagi pagi masih diperjalanan. Sebab sebagai manusia yang punya jadwal buang air besar yang on time yaitu setiap habis subuh, tentunya dalam situasi ini saya akan kerepotan mencari toilet yang layak. Benar saja toilet di pelabuhan Bakauheni saat itu begitu mengenaskan, Kotor dan airnya pun keruh. anehnya dalam kondisi seperti ini pun saya harus membayar. Tentu saja saya menolak. tanpa banyak pilihan akhirnya saya lakukan ritual mendekat dengan alam ini dengan segala situasi emergency. Kenapa saya bilang demikian. Karena ini pertama kalinya bagi saya melakukan buang air besar dengan menggendong backpack saya yang besar dan sebuah tas kamera. di dalam bilik toilet tidak tersedia gantungan pakaian atau setidaknya paku seadanya. Coba anda bayangkan, ketika anda harus melakukan hal seperti ini dengan menenteng tas dan segal peralatan anda. Melakukannya saja sudah sulit apalagi saat saya harus membilas. Sebuah aktifitas yang hampir mustahil. but yup I made it, when there Is a will there’s a way. Sesampainya kami di Bakauheni, perjalanan pun berlanjut. Dengan menggunakan angkot kami bergegas menuju ke sebuah pelabuhan kecil yang cantik yang bernama Pelabuhan Canti. Di pelabuhan ini lah sepertinya setiap keberangkatan menuju pulau Krakatau dan pulau pulau kecil lain di sekitarnya dilakukan. Dari pelabuhan Canti kami masih harus naik kapal dan melanjutkan perjalanan ke pulau Sebuku. Lama perjalanan menuju ke pulau sebuku sekitar satu jam.

beginilah kurang lebih bentuknya kapal kami

Pulau Sebuku adalah sebuah pulau yang tenang, dengan arsiran garis pantai yang menawan. Warnanya yang kebiruan membuat semua mata lelah kami saat itu terbelalak tak berkedip. Airnya sangat bening dan hangat. Saya tidak akan pernah berhenti mensyukuri betapa besar karunia Tuhan atas negeri ini. Pantainya bersih sekali, tak tampak sampah hasil konsumsi sedikitpun, benar benar tempat yang tepat untuk sejenak melarikan diri dari rutinitas pekerjaan. Hanya saja disini kita harus sedikit berhati hati, beberapa gerombolan ubur ubur berenang kesana kemari seolah tak ingin melewatkan kesempatan menyambut kami.
 
Amazing Indonesia
 
Selesai mengeksplorasi pulau Sebuku besar kami pun melanjutkan perjalan kami menuju pulau Sebesi. Di pulau ini lah kami akan tinggal semalam. Akomodasi yang seadanya namun cukuplah. Perjalanan yang bernuansa kesederhanaan ini adalah yang saya butuhkan ditengah tengah kebosanan saya terhadap hal hal yang konsumtif. Pisang goreng hangat seharga seribu rupiah, bakwan goreng dengan harga yang sama dan kopi hitam seharga tiga ribu rupiah cukup membuat saya dan beberapa petualang mancanegara lainnya terkejut akan betapa murahnya biaya yang kita keluarkan agar terhindar dari kelaparan. saya pun sontak berujar, makanan ini memang murah kawan, namun kemurahan hati sang pedagang yang tak henti hentinya tersenyum lah yang membuat makanan ini jauh lebih berharga dari makanan makanan di ibu kota. Terlihat jelas ekpresi pemahaman dari rekan saya yang berasal dari Perancis tersebut.

Selepas santap siang dan menyeruput air kelapa gratisan kami bergegas mandi, dan unpack untuk kemudian kami pun kembali melaut. Semua sudah tidak sabar untuk melihat keindahan alam bawah laut di sekitar anak gunung Krakatau. Benar saja sesampainya disebuah lagoon yang bernama Lagoon Cabe, saya seketika langsung terjun ke laut. Bersenda gurau bersama makhluk makhluk beraneka warna yg cantik, sembari sesekali menceritakan betapa luar biasanya perjalanan hidup saya. Walau mereka tidak mengerti apa yang saya katakan namun saya yakin bersahabatan baru telah terjalin diantara kami. (oke saya melantur). Berenang disini seolah berdansa dengan harmoni alam bawah laut, bagaikan berenang di dalam aquarium maha besar dengan jutaan ikan yang berenang dan berdansa bersama. Tak lupa terpanjatkan do'a agar tidak banyak manusia iseng yang menggaggu kelestarian alam disini.
 

Sebuku Island
Di hari kedua atau hari terakhir kunjungan kami, itinerary selanjutnya adalah mendaki anak Krakatau untuk melihat sunrise. Kami pun terjaga saat matahari masih diperaduan. Saat itu jam tiga dini hari. Kami berangkat dari pulau Sebesi menuju ke anak krakatau. Ombak saat itu terlihat sombong, tak hendak sedikitpun bersahabat dengan kami. Angin pun tak kalah angkuh seolah menemani hujan yang egois mewarnai dini hari kal itu. Saya tak kuasa menahan mual, kemudian muntah lah saya. Saya jelas masuk angin. Benar benar sebuah petualangan yang tak akan pernah saya lupakan. Dalam perjalanan saya selama ini, saya kerap menjelajahi laut bahkan pernah melalui perjalanan yang lebih buruk dari ini. Saat saya berkunjung ke pulau Nusa Barong di Jember Jawa Timur, ombak yang kami hadapi jauh lebih besar dari ini, namun entah mengapa saya tak mengalami gangguan kesehatan apapun. namun yang terjadi pagi itu di perjalanan menuju Krakatau membuat saya tak kuasa menahan muntah. Benar benar hal yang tak biasa.

Sebuku Island
 
Setelah hampir 3 jam lamanya kami mengarungi samudra akhirnya sampai juga di anak gunung Krakatau. Kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, munculah gunung api yang dikenal sebagai anak Krakatau dari kawah sisa letusan gunung Krakatau sebelumnya. Saat ini anak gunung Krakatau diperkirakan memiliki ketinggian 230 meter di atas permukaan laut. Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan tremor. Anak Krakatau saat ini secara umum oleh masyarakat sekitar lebih dikenal dengan sebutan Gunung Krakatau. Well like father like son, konon kabarnya seorang pakar memprediksi bahwa anak gunung krakatau ini akan kembali meletus.




Sayang sekali sunrise yang kami kejar pagi itu telah berpaling pada rintik rintik hujan yang dengan caranya begitu menentramkan saya. Tidak perlu waktu lama bagi saya untuk mendaki ke puncak gunung yang bertekstur pasir hitam yang tebal ini. Sesekali saya berhenti dan memuaskan pandangan saya atas betapa indahnya apapun yang saat itu terbentang di hadapan saya. terlihat begitu sempurna, keindahan dari sisi bukit pasir ini seolah mengatakan pada saya bahwa tiada yang tak indah di bumi Indonesia. Bahkan gumpalan pasir tebal dengan sedikit balutan kabut yang tampak di kejauhan menjadi demikian kontras.TUHAN benar benar ciptakan negeri ini dalam senyum. Jelas itu yang terbersit dalam hati saya. Terbayar semua keletihan, tuntaslah semua misi saya dalam perjalanan ini. Melarikan diri sejenak dari riuhnya ibu kota untuk melihat surga demi surga yang terbentang luas tanpa syarat. Membuat saya makin bersyukur atas negeri ini, INDONESIA KU.

Wonderful Indonesia

Setiap perjalanan bagi saya adalah sebuah perenungan. Perenungan akan kebesaran Tuhan yang maha kuasa. Dengan kuasanya menciptakan laut yang cantik berwarna biru kehijauan beserta segala makhluk makluk cantik yang berada di dalamnya. Sedikit menoleh ke kanan akan saya dapatkan gagahnya anak gunung Krakatau dan di kiri saya sebuah potret keseharian manusia yang berinteraksi dengan semangat saling menghormati. Membentuk harmoni yang cantik antara manusia, laut dan gunung. Samar-samar di kejauhan terlihat seorang nelayan yg sedang memancing dengan kapal kecil dan alat pancing seadanya. Menentramkan




 
sunset @ Sebesi Island

Beranikan diri mu melangkah ke negri ku, kan ku sirami harimu dengan hangatnya mentari di negeri sejuta pesona.

 

Selasa, 05 Maret 2013

Latin Samba hingga Trance, Basia, Lisa Dan Craig tampil Memukau

Lisa Stansfield
Kesuksesan Java Jazz Festival 2013 yang terselenggara pada tanggal 1-3 Maret 2013 merupakan refleksi tingginya permintaan pecinta musik Indonesia akan tontonan musik yang berkualitas.

Tarikan nada nada tinggi yang sempurna, sesempurna nada nada rendah yang seksi mampu dihadirkan Lisa Stansfield pada hari kedua penyelenggaraan Java Jazz Festival 2013. Lisa Jane Stansfield artis kelahiran Inggris, 11 April 1966 tampil memukau malam itu. balutan gaun berwarna hijau tosca serasi dengan coat motif bulu bulu yang memesona. Simple but elegant, itulah kesan pertama yang terlintas dalam benak sebagian besar penonton saat menyaksikan aksi panggungnya yang enerjik.

Lain Lisa lain pula Basia, "aroma" samba, salsa dan berbagai jenis musik latin mendominasi penampilannya pada hari terakhir penyelenggaraan Java Jazz Festival 2013. Basia membawakan lagu lagu andalannya seperti "baby you are mine dan drunk on love" dengan sangat apik dan membius semua penonton yang hadir saat itu. Kemampuan olah vokal penyanyi berkebangsaan Polandia yang lahir dengan nama Barbara Trzetrzelewska sangat tertata rapi dengan persistensi yg akurat. 

Craig David mungkin satu satunya artis pengisi Java Jazz Festival 2013 yang menuntut lebih banyak "effort" untuk menyaksikannya. Kenapa demikian? sebab, hujan deras yg mengguyur venue dan lokasi antrian membuat tidak sedikit penonton yang berbasah-basahan. Meski panitia menyediakan tempat untuk mengantri, namun besarnya hujan dan kencangnya angin tetap membuat tidak sedikit dari penonton yang terpaksa merelakan kostum pilihannya malam itu basah.

Ada ada saja ulah penonton, ada yg nekad menerabas hujan yang semakin malam semakin lebat hingga membeli baju ganti di sekitar area concert. Wah ternyata pawang hujannya belum canggih, belum secanggih pawang toko baju yg mendadak omzetnya meledak dikarenakan hujan.

Konser dimulai sedikit terlambat. Banyak penonton yang tidak sabar dan meneriakkan nama Craig David dan ya usaha penonton berhasil. Craig David keluar dan menyapa penonton dengan lagu-lagu andalannya.

Single bertajuk flava adalah lagu pembuka di konsernya malam itu. Penonton pun seketika histeris berteriak tak mau kalah bernyanyi. Craig David seorang penyanyi yang sukses mencuri perhatian pecinta musik dunia saat albumnya yang bertajuk born to do it sukses menggoyang chart-chart musik di tahun 2000. Craig tampil sangat "fashionable" balutan kemeja putih dan celana senada memberi kesan glamour namun tak berlebihan, pada penggalan kedua konser, Craig berganti pakaian dengan kemeja berwarna merah dan celana hitam, memberi kesan less is more. Tak heran artis pria kelahiran Southampton, Hampshire - Inggris ini pernah menyabet dua kali Grammy sebagai Best Male Pop Vocal Performance.

Pada penampilannya malam itu, Craig David  sempat mengejutkan penonton dengan aksi panggungnya sebagai DJ, dan tentu saja para penonton yang hadir saat itu serasa dibawa pada sebuah petualangan bermusik ala sebuah klub malam terlebih dengan suasana panggung yang mengelegar dan tata lampu yang full color...nice concert Craig ...





Selasa, 29 Januari 2013

Kinabalu Hideaway

scenery from waterfront
Alrait peeps...how is everything goin on there? Hmm have u been waiting for my next stories..? oh my god i'm soo honored. Hehe maksa banget ya...Anw i wanna tell you about my trip to Kota Kinabalu, Sabah in Malaysia that i had last week. It was supposed tobe like a 10 days trip or sumthin but it's turned tobe just 3 days and two nights. Lho apa yang terjadi ohim..? Hmm i just realized that this ten days in the small city like Kota Kinabalu is too much. It isnt like you are going to Phuket or Bali, which there are so many thing that u can do there. But it's Kinabalu for god sake, nothing much to do here beside Climbing the Kinabalu mountain and island hopping. 
I surely didn't eager to do the climbing since it's costs alot of effort and money. I heard that you have to pay like US $ 150 to climb the Kinabalu Mountain and 6 months reservation needed. Halooooo even in Indonesia where thousand of mountains lies and stood tall just like that and definitely free i dont really climb it. It will be like a "so not me at all" if i push my self to climb the Kinabalu mountain. Paying to climb the mountain wud be the craziest idea and it against my traveling policies. So after the 2 hours and several bumpy flight i finally landed perfectly. Yup the airport is quiet small but comfy. Kota Kinabalu is located in Borneo, it is in neighbour to Brunei Darussalam and Indonesia. For many thing in social activity the locals are pretty much like Indonesian. (yaiyalaaaaaah secara ber-tetanggaan bukan). The city is moderately compact and centralized. It took only one hour for compleeting the city tour.
As i said there's not much to do here, so after i get bored of the city i decided to go to some island. Sapi Island and Manukan Island are the two of five islands i visited. The island are under the administration of the Sabah Parks authority named Tuanku Abdul Razak Marine Park, it is nearby to the mainland. It was a quiet simple trip, you just have to pay for 23 RM for one island, and another 10 RM for another one extra island, quiet affordable isnt it ?.
Sapi Island
The best thing in this trip is yet they run the water transportation very professionaly. Everything was soo in order. It was soo on time, they will give you and push you to wear the life vest due to local safety regulation. They will never add passengers more than the speed boat availibity. We should learn about this from them. It took 20 minutes of boating to the Manukan island. I was shocked with the beauty of the island. The water is clear and transparent. Thousand of small fishes swimming around here and there as if they're doing some welcoming dance for me...yuhuuuuuuuuu i love it, i love it alot.
Manukan Island
Althought it's pretty much like a "mini" Gili Trawangan in Lombok Indonesia, but yes swimming in this island is just like the best thing that ever happened in this Kinabalu trip. Almost two hours had gone, from my arrival in this awesome island,  now it's about time for me to visit another island called "Sapi Island". I dont know why did they named this island as Sapi island. Even after several time of interview with the locals, they didnt really know where was this Sapi island name came from. I my self didn't see any sapi here. 
Yes this island is also beautiful. the water, the scenery is also gorgeous though. I decided to rent some woven floor made from plastic just to lay back a while. Drinking coconut, snacking whateva, listening to the wind blows. Playing with the white perfect sands, soaking up the sun, yup this is exactly what i called  heaven.  


Kamis, 03 Januari 2013

Journey To Batam ( part 2 )

Hari kedua di kota ini saya putuskan untuk melihat lihat keramaian. Nagoya Mall sepertinya layak menjadi tempat pelarian sesaat saya. Mall yang katanya terbesar di pusat kota Batam ini sukses membuat saya tereperanjak. Terperanjak akan betapa ramainya tempat ini, entah karena libur panjang, atau memang keadaan setiap harinya memang demikian. Terlihat bayak sekali penjaja makanan, baik di dalam maupun diluar mall. umumnya makanan yang dijajakan adalah makanan cepat saji. tak jauh berbeda dengan di ibu kota. Namun demikian ada satu restoran cepat saji yg menarik perhatian saya. Rumah makan ini saya rasa tidak ada di Jakarta, slogannya pun menurut saya sangat "tak biasa". Penggunaan bahasa inggris yan menjadi slogan restoran ini menurut saya membingungkan. Apa karena saya yg memang tidak bisa ber bahasa inggris ya. Entahlah. Coba saja teman mengartikan slogan ini. 

Makanan lainnya yg menarik perhatian saya adalah beraneka ragam kue yg mengundang selera. Saya membeli sekotak kue brownis dengan campuran buah naga dan blueberry, enak sekali, rotinya empuk, moist sekali, dan pasta blueberry nya pun melimpah. Jika anda pecinta makanan, kota Batam adalah destinasi yg wajib anda kunjungi. Terutama bagi para penggemar seafood. Selain Makanan, Batam juga dikenal sebagai tempat dimana kita dapat dengan mudah menemukan barang barang branded dengan harga super murah. tentu saja barang barang branded ini adalah palsu jadi jangan berharap kualitasnya baik. Money worth lah. Namun bagi anda yang mungkin harus selalu up dated dengan barang barang terkini namun tak ingin menguras kocek terlalu dalam. Nagoya Mall nampaknya tempat yang tepat bagi anda. Silahkan coba borong barang barang disini.

heaven for the faker

Waktu sudah sedemikian larut, saatnya saya pulang, dan bersiap untuk berangkat menuju negeri Singa. Apa daya perjalanan saya menuju beberapa tempat lainnya harus saya urungkan sebab mahalnya harga tiket. Awalnya saya memang berencana ke pulau Bintan namun apa daya waktu dan biaya tak memungkinkan. Seperti saya katakan sebelumnya ini bukan lah kali pertama saya ke Singapura, namun perjalanan kali ini cukup berkesan karena rute yg sama seperti inilah yg saya lalui saat pertama kali saya mengecapkan passport saya sekitar enam tahun yang lalu. perjalanan kali ini juga penting karena kali ini insyaallah akan menjadi pergantian tahun saya yg pertama di luar Indonesia tercinta. Dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih 20 menit dari pusat kota (Nagoya) saya pun tiba di ferry terminal di Batam Center.

Di pelabuhan Batam Center, komplek pelabuhannya terhubung dengan sebuah pusat perbelanjaan. Suatu kemajuan memang, sayangnya pelabuhan ini terlalu kecil, sehingga suasana berdesakkan sulit terhindari. Terutama pada saat anda hendak boarding di Imigrasi. hectic sekali. Belum lagi papan informasi yg terlalu menyedihkan diperburuk dengan alat panggil yg tidak beroperasi dengan baik, menambah kesemrawutan suasana pelabuhan.
Seperti hendak dengan sengaja kembali ke zaman sebelum manusia kenal teknologi.

Perjalanan menuju Singapura melalui jalur laut ditempuh sekitar 1 jam, di kejauhan sudah dapat saya lihat kemegahan menara Marina Bay yang mirip kapal pesiar itu. Hmmm mari kita jelajahi Singapura dalam semangat pergantian tahun. Singapore here i come....

Journey To Batam ( part 1 )

Seperti mengulang kembali perjalanan enam tahun yg lalu. Saat saya pertama kali berani ke luar negeri. Saat itu pilihan saya adalah Singapura, dan masih seperti enam tahun yang lalu perjalanan saya kali ini pun masih menuju negara yang sama yaitu Singapura. Rutenya pun juga tidak berbeda yaitu melalui Batam. Bedanya, saat ini saya di Batam tidak hanya sekedar transit namun juga akan bermalam di kota ini. Berbekal tiket promo Garuda Indonesia yg telah saya beli sekitar enam bulan yg lalu, saya pun mendarat di Hang Nadim int'l airport.
Indonesia
Dengan penuh rasa percaya diri beberapa saat setelah landing saya bergegas keluar bandara dan menuju konter tiket Damri. Ya, saat ini bandara batam memang sudah dilayani bus Damri. Walau masih seadanya namun ini sebuah kemajuan. Tidak seperti 6 kali pertama saya kesini saya mengalami perdebatan tawar menawar yang hebat dengan sopir taxi. Beradasarkan info yg saya terima, untuk menuju pusat kota saya perlu berhenti di lampu merah Kepri Plaza, (sebuah tempat perbelanjaan baru yang cukup besar di kota Batam) untuk kemudian menyambung kembali dengan angkot berwarna merah yang berlogo " Bermibar" Entah apa lah artinya. Angkot berwarna merah yag saya tumpangi kali ini cukup eksentrik. Dengan musik latar yang mirip sekali pusat kebugaran murahan, namun bagusnya angkot ini menyediakan tissue gratis untuk penumpangnya. Luar biasa.
Angkot Hygene
Tujuan akhir saya adalah Nagoya, tempat saya akan menginap kali ini. Secara kultur Batam sebenarnya cukup mirip dengan kampung halaman saya di Sumatra Barat. Sebagian penduduk melayunya pun ternyata berbahasa Padang. Jadi perjalanan ini seperti membawa saya kembali ke kampung halaman. Penduduk di kota Batam nampaknya berasal dari beberapa etnis besar seperti Melayu (yang sebagian besar bersuku Minang), Tionghoa dan tentunya Jawa.

Transportasi umum di kota ini menurut saya termasuk bisa diandalkan. Meskipun tidak banyak bus beroperasi namun taxi dan ojek sangat mudah ditemui. Khusus untuk ojek, anda hanya perlu berdiri dimanapun anda berada, di pinggir jalan kah, atau di halte, ojek dengan sangat ramah akan menghampiri anda Ongkosnya pun relatif murah.

Rabu, 02 Januari 2013

Turkey...Bukan sekedar reruntuhan

Saya tidak pernah mengerti mengapa setiap kali pelajaran sejarah di sekolah selalu membuat saya tidak tertarik. Malahan seingat saya, kerap sekali pelajaran tersebut membuat saya tertidur kebosanan.

A building in Topkapi Palace

Saat kemarin berkesempatan mengunjungi Turki saya tersadar akan betapa pentingnya sejarah. Paling tidak saya menjadi tahu apakah alasan saya terpukau melihat Ephesus, atau apakah sebenarnya yang terjadi sehingga Pergamon menjadi puing-puing seperti saat ini.

Namun demikian untungnya saya selalu menyempatkan diri untuk mencuri dengar apakah yang seorang tour guide ceritakan pada rombongan tour yang ia pimpin, dan ini saya lakukan setiap kali saya berkunjung ke suatu tempat dan melihat rombongan tour. Saya gemar melakukan ini untuk sekedar mendapatkan gambaran apakah yang terjadi pada setiap situs situs bersejarah tersebut.

Turky memang tempat yang tepat untuk melihat sisa sisa kejayaan bangsa besar seperti Yunani dan Romawi, disini pula lah kita bisa belajar mengenai berbagai fenomena alam yang kemudian menyebabkan sebuah lembah seperti Cappadocia bisa menjadi sangat mengagumkan. Turky memang pantas menjadi destinasi tujuan wisata bagi banyak kalangan, selain peninggalan sejarah yang bisa kita saksikan sendiri dan seolah olah membuat kita menjadi bagian dari sejarah itu sendiri, Turki juga menawarkan wisata religi dan kuliner yang menarik.
 
Amazing Cappadocia
Menikmati indahnya Cappadocia dengan balon udara sambil sesekali menyeruput hangatnya apple tea adalah salah satu moment dalam hidup yang tak akan pernah saya lupakan.
 

 

Selasa, 01 Januari 2013

Happy New Year 2013


Tahun 2012 perlahan meninggalkan bumi, hari demi hari di bulan Desember bergerak menuntaskan tahun. Saatnya untuk kembali memanggil resolusi tahun lalu untuk di evaluasi. Bagi saya 2012 adalah tahun yang bersahabat. Banyak hal besar terjadi dalam hidup saya tahun ini. Pencapaian pencapaian pun terlaksana baik disengaja maupun tidak. Tahun ini saya mulai membangun rumah kecil saya, tidak mewah namun lebih "pantas" dari sebelumnya. Tahun ini saya kembali ke Jakarta, kota tempat saya dilahirkan, peristiwa yang tidak pernah saya duga bahkan memimpikannya pun enggan. Terimakasih Tuhan

Ke-pindahan ke Jakarta membawa saya bertemu dengan orang orang baru, rekan rekan kerja yang menarik. Saya berhasil merubah kebiasaan buruk yang sering saya lakukan selama bekerja di daerah. Hal ini penting untuk membangun kembali rasa percaya diri. Tahun 2012 memang belum memperbaiki situasi hubungan personal, namun di banyak kesempatan, hal ini justru saya syukuri (entah kenapa). Tahun 2012  juga berarti langkah yang lebih panjang bagi saya dalam menjelajah dunia. Tahun ini meski sebentar saya sempat menapakkan kaki saya di Benua Eropa. ( I"m sure i will be back one day, to see more Europe).

Dunia boleh berputar kencang, dunia boleh berubah menjadi apapun yang ia inginkan namun saya berharap tetap bisa mencintai hidup saya dan memberi kenyamanan bagi siapapun di sekeliling saya. saya berharap bisa mengurangi kebiasaan mengeluh dan kemudian menjadi lebih ikhlas dalam hal apapun. memberi waktu bagi Jiwa saya berbahagia. 

Seperti tahun tahun sebelumnya saya tidak berharap kesempurnaan. Saya hanya mengejar kebahagiaan hidup dalam ritme yang damai tentram tanpa banyak kepentingan yang terburu buru dan mengganggu. Hidup dalam kesetaraan bersama manusia manapun disekitar saya dan tidak lagi menjadi orang yang dianggap demanding dalam berbagai situasi...i just try to live just the way i am, light my world and embrace the day..full of joy. 

I might not be rich but i try to enjoy my life with what i've got. Blessing the fact that i have got so many unbelievable things and experiences, I should try to achieve every single things i havent and appreciate every single achievement...give some time for my soul to rest...not for giving up, but to provide some spaces to develop more

Marina Bay