Selasa, 22 Oktober 2013

Serpihan Portuguese dan kelezatan Egg Tart di Macau


Hen, Mau kemana lagi..? ikut dong gue....begitulah isi BBM yang saya terima sesaat setelah saya posting status "Check" in di Airport. Saya memang sedang ingin berada disuatu tempat jauh dari Jakarta. Tempat yg belum pernah saya datangi, tempat dimana tentunya tanpa banyak agenda.


Disinilah  gue sekarang. Di Macau "The sin city of Asia". Macau sebenarnya kota yg tidak terlalu cocok buat traveler seperti saya, sebab disini semuanya dibuat berlebihan. Jauh dari konsep natural. Hotel-hotel megah berdiri menjulang. Sinar lampu berwarna warni yang menyibukan mata, sibuk sekali, untung saja saat ini saya tidak sendirian, tetapi bersama beberapa rekan traveler lainnya sehingga kekecewaan ini sedikit terobati dengan gelak tawa diantara kami.

Macau tentu saja identik dengan kasino dan judi. Malam ini pun, saya memutuskan untuk koprol dua kali dari hotel saya yang terletak tepat diseberang airport untuk menuju satu demi satu kasino yang ada di pusat kota.

Sebut saja Lisbon, Whynn dan MGM beberapa dari hotel di Macau yg juga menyediakan kasino-kasino besar. Sekedar melihat saja tak ada salahnya, walaupun tidak benar benar menikmati apa yg saya lihat sebab gambling isn't my thing. Tidak lama setelah berkeliling dan berphoto di setiap sudut kota, saya akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel. Lelah terasa setelah penerbangan 5 Jam yg lumayan menguras energi.

City of the dreams, Macau
Di hari kedua saya di Macau, perjalanan pun berlanjut menyusuri The Venetian, hotel yg katanya kudu mesti harus wajib dikunjungi para turis bila bepergian di Negeri Egg tart. Ya sekali lagi gitu deh cuma sebuah mall dengan tunnel palsu yang sama sekali ga mirip dengan aslinya. Jejeran shoping arcade tentu saja membalut bangunan ini dan memberikesan tanpa berkarakter selain sebagai shopping arcade. Well what d'u expect anw.

Not everything here is dissapointing, saya terpukau dengan betapa mudahnya transportasi umum di kota ini. Seluruh spot spot yang saya sebutkan diatas terhubung satu sama lain dengan bus yang di operatori secara gratis oleh kasino kasino. Mereka seolah mengerti benar konsep "jemput bola dan kuras kantong" . Saya sih tidak peduli selama ini menguntungkan saya. I wish one day Jakarta bisa punya moda transportasi yg se "easy" ini. #seriusan berdoa.

Dari Venetian saya ambil bus ke City of the Dreams, niatnya sih mau lihat big giant LCD display yang kata orang luar biasa besar itu. Again menurut saya it's biasaaaaaa...banget. Sumpah ga ada apa apanya dengan yang ada di Mall taman anggrek.

Sekali lagi I have to say that this city isn't my favorite. Selesai berkunjung ke city of the dreams kemudian langkah kami arahkan menuju sebuah kompleks gereja yang terkenal dengan nama ST Paul Church. Gereja yang konon pernah terbakar dua kali ini adalah landmark utama kota Macau. Disini dapat kita saksikan bekas bekas  reruntuhan bangunan asli gereja yg tersimpan dengan sangat apik. Ramai sekali pengunjung ditempat ini, sehingga sedikit menyulitkan bagi saya untuk mengambil photo narsis saya. Hmm untung fajar sang photographer selalu bersedia mengambil photo dengan kamera SLRnya.

Selepas dari St Paul Church, kami menuju ke Senado Square. Kalo di Indonesiakan sih sebenarnya Senado Square itu artinya alun alun utama. Konon saat portugese menguasai Makau, disinilah district teramai. Senado Square merupakan juaranya kota ini, bagi saya letaknya yg strategis dan tata bangunan tua yg masih terawat dengan baik menjadikan Senado Square seolah berhasil menggiring saya pada potongan potongan kehidupan di Eropa tempo doeloe.

Berjalanlah sedikit ke arah Lisbon, saksikan jajaran bangunan pertokoan yang menyediakan belbagai sajian yang berbahan baku susu. Nampaknya susu adalah kegemaran warga disini selain egg taart pie tentunya.. okay lemme stop this spoiler, please enjoy the pictures

locals



The Venetian


one corner @ Lisbon Hotel Macau

The Venetian


ST. Paul Church


Antri Mie