Magnificent Ijen (AFOI)
Sejatinya Kawah Ijen merupakan sebuah danau asam yang berada di pucuk gunung Ijen. Gunung ijen itu sendiri terletak diantara dua kabupaten di Jawa-Timur yaitu kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi. Untuk mencapai ke sini, memang diperlukan sedilikt perjuangan, Selain minimnya transportasi umum yang dapat diandalkan, Jalur pendakiannya pun lumayan terjal dan berpasir. Tentunya ini akan menjadi tantangan lain bagi saya yang berbadan “besar” ini.
Perlahan saya menyusuri jalur pendakian yang semakin lama semakin terasa sulit.Tak jarang saya bertemu dengan para pengangkut sulfur yang melangkah dengan sigapnya, seolah-olah tidak sedang membawa beban apapun di bahu mereka. Sedikit tersindir memang, sebab saya saja yang tak membawa beban, terasa sulit sekali meneruskan langkah yang semakin lama semakin gontai, ditambah nafas yang terengah-engah diantara oksigen yang semakin tipis, sungguh melelahkan. Namun pendakian ini harus saya selesaikan, apapun yang terjadi, itulah tekad saya.
Kawah Ijen memang sudah lama menjadi incaran destinasi saya, berawal dari keharusan mengunjungi kota ini untuk bekerja, tanpa ragu sedikitpun saya putuskan untuk memperpanjang kunjungan demi bisa memuaskan mimpi yang telah lama tersimpan. Tarikan nafas terasa semakin kencang, detak jantung pun semakin cepat, seolah memberi tanda bagi saya untuk sejenak beristirahat. Seketika itu pulallah saya melihat area landai yang cocok sekali untuk menjadi tempat peristirahatan. Tanpa menunggu lebih lama, saya hempaskan tas ransel yang isinya tak seberapa itu ke tanah. Seolah tak mau kehilangan waktu, saya langsung duduk bersila, aduh ternyata posisi seperti ini hanya akan membuat kaki saya menjadi kram, sakit sekali. Beruntung, saya masih ingat sedikit tentang cara mengatasi kaki yang kram, saat pelajaran olahraga di sekolah dahulu. Luruskan kaki ...kemudian lemaskan perlahan...lakukanlah berulang-ulang.
Mas, ojo turu nang kene, dalam keadaan setengah sadar, saya mendengar seorang laki-laki berbicara dalam bahasa Jawa kepada saya, rupanya saya telah tertidur saat beristirahat, spontan saya mengarahkan pandangan kearah jam tangan, waktu telah menunjukan pukul 14.15, ini artinya, saya sempat tertidur kurang lebih setengah jam. Belum pulih benar kesadaran saya namun saya tak boleh membuang waktu lebih lama lagi, saya harus bergegas agar tidak terlalu sore sampai di Kawah Ijen dan bisa kembali ke penginapan sebelum malam. Setelah hampir 30 menit saya berjalan dari tempat peristirahatan tadi, akhirnya sampai juga saya di puncak Kawah Ijen. Tabir kawah yang awalnya malu-malu diselimuti asap sulfur, sedikit demi sedikit mulai terungkap. Subhanallah, indah sekali.
Saya seperti sedang berjalan diatas awan. Kawah Ijen yang berwarna hijau itu pun begitu menentramkan, tak kuasa saya menahan kagum, sekaligus syukur. Sesak akibat penanjakan sirna berganti sesak karena menahan kekaguman. Semua begitu Indah sampai airmata pun tak terbendung. Sungguh luar biasa. Seakan tak mau kalah, rona awan disekitar kawah Ijen pun mulai berubah, berganti layaknya lukisan seniman kelas dunia. Sesekali awan menunjukkan rona biru cerah bercampur putih yang menggoda kemudian tak lama berganti kuning kemerahan yang eksotik. Semburat matahari sore pun begitu congkak menampakkan diri. Awan gelap sedikit demi sedikit mulai menghiasi, pertanda bagi saya untuk segera turun. Ditengah perjalanan pulang ke penginapan, tak habis-habisnya saya mengucap syukur atas betapa indahnya Indonesia.
Memang belum terlalu banyak negara lain yang saya kunjungi tapi saya yakin tidak ada pemandangan secantik ini di luar negeri sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar