Selasa, 25 Juni 2013

Brunei day two....ngayap ke perbatasan


Si tampan mentari sudah beranjak meninggi. Bias bias cahayanya menembus masuk melalui sela sela gordyn kamar gue. Wuaaa... ini adalah hari kedua gue di Bandar seri Begawan.

Morning in Bandar
Mata masih sedikit lelah setelah semalam diajak Issam dan Fajar berkeliling Kota. Mereka menyebutnya night safari. Awesome bahkan gue , Issam dan Fajar menyempatkan untuk sejenak bershalat Isya di masjid sultan Hassan al Bolkiah. 
 


Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi. Gue harus segera turun dan sarapan. Bila semuanya sesuai schedule hari ini tepat pukul sembilan, gue dan beberapa tamu hotel lainnya akan mendapatkan fasilitas city tour gratis dari hotel. Menyenangkan sekali bukan? hal yg mustahil terjadi di tempat lain dan tentu saja hal ini tidak boleh gue lewatkan.


Bandar Seri Begawan sebenaranya adalah sebuah kota yg kecil, bahkan sepertinya lebih kecil dari negara kota Singapura. Jadi berkeliling kota selama sehari saja adalah hal yang memungkinkan. Tour gratis yang di set up sama pihak hotel dimulai dengan mengunjungi Kampung Ayer. Berbagai reaksi timbul saat para tamu melihat sebuah kawasan tempat tinggal yg lekat dengan ciri khas masyarakat asli Brunei Darussalam. Ya, konon jauh sebelum masyarakat Brunei membangun rumah di daratan, di kampung ayer inilah mereka tinggal.


Kampong Ayer
Kampung Ayer seperti namanya adalah sebuah perkampungan yang letaknya diatas sungai dan terapung. Menurut gue sih ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di seputaran sungai kapuas di kalimantan Barat 
 
Adalah Jella si bule tinggi jangkung asli negeri Belanda yg ikut bersama rombongan gue, takjub dengan apa yang ia lihat. Dia selalu mempertanyakan sekaligus kagum bagaimana orang bisa hidup diatas sungai seperti itu. Di bus ini isinya ada gue, Jella si kompeni, dan dua mak cik dari johor bahru, serta sebuah keluarga Chinese-Malaysia lainnya. It was a fun tour, we were talking about so many diversity. Eh bener kagak neh tenses nya.
 

Perjalanan pun berlanjut ke sebuah istana yang besar. Disinilah tempat tinggal sang sultan Hassan al Bolkiah. Sayangnya penjagaan begitu ketat hingga gue pun tak berhasil mengabadikan istana penguasa Brunei ini. Kemudian kami semua dibawa kesebuah pemberhentian. Sepertinya tempat ini adalah tempat yang disediakan oleh istana untuk mengambil gambar. Sayangnya tidak ada yang terlhat selain kubah emas istana dan anak buaya yang menyambut rombongan di bibir sungai. Spooky..dan beginilah penampakannya.
 
Kubah emas istana sang sultan
Gue, Jella dan dua makcik dari Malaysia kemudian memutuskan untuk turun di komplek The Royal Regal Gallery. Tempat yang namanya mirip merk biskuit ini seperti museum, tapi sejatinya tempat ini adalah tempat dimana semua logistik kerajaan yang biasa digunakan dalam acara acara kerajaan disimpan. Di dalam galeri ini, pengunjung dilarang untuk mengambil gambar. Gambar hanya diperbolehkan saat kita berada di bagian lobby saja. Terlihat banyak sekali suvenir souvenir dari beberapa pemimpin negara negara besar di dunia. Selain itu ada pula satu section ruangan yang dipenuhi dengan dokumentasi dan literatur bersejarah berdirinya negara Brunei Darussalam.

Goldish kereta kencana
Lelah seharian berkeliling galeri, gue dan Jella memutuskan untuk kembali ke Hotel. di perjalanan, gue bilang sama si bule, kalo gue mau ke perbatasan Brunei dan Malaysia bersama si Issam dan Fajar, dan rupanya doski tertarik. Wilayah Malaysia yang terdekat dari Brunei adalah Sarawak. Ini berarti akan menjadi persinggahan gue yang ke dua di Sarawak. Sebelumnya saya pernah berkunjung kesini pada bulan puasa beberapa tahun yang lalu. Tepatnya ke Kuching. Tidak ada tujuan khusus sih sebenarnya buat gue untuk berkunjung ke Sarawak kali ini. Hanya mengisi waktu saja. Issam nyetir kayak orang kesetanan. Bayangkan, mobil city car buatan Korea dilaju dengan kecepatan melebihi 140 KM/Jam. Issam gilaaa....

Border yeaaay....
Sesampainya di Sarawak, kami memutuskan untuk bergegas mengejar sunset di sebuah pantai yang luar biasa. Pantai ini terlatak di kota bernama Miri. Pantai yang luar biasa menarik. Kontur pasir di pantai ini sekilas mengingatkan gue pada sebuah pantai di Langkawi. Berbulir bulir seperti ketumbar. Menggelikan sekali. Issam pun menjelaskan mengapa pasir pantai disini berbentuk demikian. Menurut "prof" Issam, butiran tersebut merupakan hasil dari fenomena alam kepiting kepiting kecil yang sedang membangun sarang di bawah permukaan pasir. Good info prof..!!! (wueeeks).
Pict by Fajar
Meskipun sunsets yang kami kejar bersembunyi dibalik balutan balutan awan, namun tetap saja tidak mengurangi keindahannya. What a beautiful evening. Pindar cahaya mentari senja menjamah seluruh makna sore ini. Membangun kebersamaan yang indah diantara saya, Issam, Fajar dan Jella. Sebelum pulang kembali ke Brunei kami memutuskan untuk makan malam sejenak di pinggir pantai. laiknya di Jimbaran deru ombak yang berkejaran menjadi lagu merdu yang menemani santapan santapan makan malam yang lezat. Seafood with bunch of new  friendly friends..what else do u need ?.

................masih ada sambungannya lagi neh ye





Tidak ada komentar:

Posting Komentar