Selasa, 11 Desember 2012

Ketika Musik Mendamaikan...Selamat Negara Palestina

Beberapa waktu yang lalu, berawal dari sebuah thread yang dikirim seorang rekan di Couchsurfing, saya menyempatkan hadir di sebuah acara sosial. Acara ini dihelat dalam rangka memperingati Hari Solidaritas Internasional bersama rakyat Palestina. Acara ini di buka oleh Michele Zaccheo, Director of UN Information Centre in Jakarta dan lima menit kemudian langsung dilanjutkan dengan penampilan seorang violis bernama Sara Michieletto. Violis yang sudah dua tahun berada di Indonesia ini mampu memainkan musiknya dengan indah dan menyentuh. Begitu dalam dan penuh emosi. Saya  yakin semua pengunjung bisa merasakan pesan yang ia coba sampaikan melalui musiknya. Bahkan saya yg  tidak mengerti musik bisa begitu tersentuh. Melalui musiknya dapat kita rasakan  kemarahan, keputusasaan dan kerinduan akan perdamaian. Melalui musiknya ia seolah ingin mengatakan pada dunia bahwa perang adalah sebuah kegilaan dan musik seharusnya bisa berbicara lebih banyak demi perdamaian.
Taken from the exhibition
Acara di buka on time, tidak meleset sedikit pun. Pembukaannya pun ga ribet, ga kayak org Indonesia bikin acara. Deretan pejabat yang seolah tak mau kehilangan kehormatannya berlomba lomba menyampaikan sambutan yang begitu panjang. Seolah mengerti benar apa yang ia bicarakan. Malam ini benar benar malam yg mencampur adukkan emosi dan saya rasa semua pengunjung pun akan merasakan hal yang sama. Wakil pemerintah Indonesia bahkan menyatakan selama 24 tahun ia menjadi pengamat issue Timur Tengah, ia merasakan naik turunnya perasaan. Sesaat Palestina mengalami kemajuan selangkah namun kemudian Palestina mundur jauh kebelakang.

Tidak hanya itu utusan Palestina untuk Indonesia bahkan menyampaikan pidatonya dengan intonasi suara yang lirih. Baginya konflik antara Palestina dan Israel ini lebih sebagai isu moral ketimbang keputusan politik. Ia berharap bahwa sesegera mungkin kemerderkaan Palestina harus segera terwujud, sebagaimana harapan seluruh warga dunia. Beliau pun kembali mengatakan bahwa solidaritas yang bangsa Indonesia tunjukkan melalui acara malam solidaritas internasional untuk rakyat palestina ini mampu mengembalikan kepercayaan dan optimisme kami (rakyat Palestina) untuk terus berjuang mendapatkan kemerdekaan.

casual, VIP yang ga VIP banget
Music speaks much more than words begitulah akhir sambutan utusan palestina untuk Indonesia saat mengakhiri pidatonya yang sekaligus menghadirkan group musik "Melati".  group musik yang terdiri dari 5 orang wanita cantik berkerudung. Wanita wanita ini adalah wanita dari group musik "Debu" yang telah lebih dahulu terkenal. Mereka dengan lihai memainkan satu demi satu alat musik sembari bergantian menyanyikan lagu lagu yang bernafaskan perdamaian.

Semoga musik dapat menyentuh setiap jiwa yang sedang berperang, dan selamat untuk Palestina yang kini telah diakui sebagai negara oleh PBB.
 

Selasa, 04 Desember 2012

Turkey the living history ( part 5 )


Perbatasan Indonesia Dan Malaysia
Beberapa tahun yang lalu saat saya berpetualang ke Sarawak lebih tepatnya lagi ke Kuching Malaysia, saya berhasil menginjakkan kaki saya di dua negara yang berbeda. Entikong di Indonesia dan Tebedu di Malaysia. Saat itu saya ingat mentari baru berangkat menuju peraduannya saat saya menginjakkan kaki di Tebedu, sebuah daerah terdepan di Sarawak Malaysia. Saat itulah saya berjanji pada diri saya akan lebih sering melangkahkan kaki di perbatasan di manapun di dunia ini. Saya tidak pernah takut bermimpi toh mimpi tidak mengakibatkan kematian. Hehehe.

Setelah beberapa tahun berselang saya pun kembali berkesempatan berada di sebuah perbatasan. Kali ini bukan perbatasan dua negara melainkan perbatasan dua BENUA, yes indeed, it's so Awesome. Berada di perbatasan negara saja sudah membuat saya merinding, apalagi berada diantara dua benua. Saat saya berkunjung ke Turki, saya berkesempatan menjelajahi selat Bosphorus. Selat Bosphorus ini juga dikenal sebagai selat Turki. Selat yang membelah benua Asia dan Eropa. Sangat mengagumkan, sebab disinilah satu satunya tempat dimana kita bisa melihat benua Eropa dan benua Asia hanya dengan memalingkan wajah. masih ingat dong cerita saya sebelumnya tentang patung Troy yang terletak di pinggir laut Aegean? masih ingat juga kan cerita saya tentang laut Marmara yang saya seberangi dengan ferry, yang juga ditemani burung burung camar yang cantik itu nah kedua laut tersebut bersama satu laut lainnya yaitu laut hitam akan bertemu dan bermuara di selat Bosphorus ini.

Selat yang hingga saat ini masih aktif sebagai jalur lintas pelayaran internasional ini sangat ramai dan sibuk, selalu kita bisa temukan kapal kapal besar yang hilir mudik. Kebetulan kapal yang saya naiki saat ini adalah khusus kapal wisata. Jadi semua memang sudah di set untuk keperluan pariwisata. Saya sengaja mengambil sisi paling belakang dari kapal, sehingga saya bisa dengan leluasa melihat dan mengabadikan apapun yang saya lihat saat itu. Konon kedalaman selat ini bisa mencapai 124 M wah, tak terbayangkan betapa selat ini memiliki keaneka ragaman hayati bawah laut yang luar biasa. Sebenarnya sih disini tidak terlalu terlihat perbedaan antara sisi Eropa dan sisi Asia-nya Turki. Bangunan bangunan di kedua sisi ini semuanya bergaya Eropa dan Mediteranian. Sebagian besar bangunan bangunan di kedua sisi selat adalah  adalah kafe kafe dan hotel hotel super mewah. Hmmm....andaikan saya punya banyak uang saya akan beli sebidang tanah disini dan membangun tempat peristirahatan bergaya Bali. Sekali lagi, saya melepas mimpi, karena saya tidak pernah takut bermimpi.Hehehe




Bosphorus from your dining table anyone..?


 shopping bridge


Rabu, 28 November 2012

Turkey the living history ( Part 4 )

Gunaydiin bapak ibu semua, sapa si Sarkant mencoba mengatakan selamat pagi kepada semua rombongan, Ya, Sarkant adalah tour leader kami kali ini. How's your sleep..? today we are going to see the Troy monument, mungkin bapak ibu semua sudah pernah menyaksikan film Troy yang di bintangi oleh Brad Pit..? ya, hari ini kita akan menuju Canakkale, sebuah daerah pesisir pantai yang tenang untuk sejenak melihat seperti apakah patung atau monument Troy tersebut. Monumen yang kini berdiri kokoh disana adalah Replika, pemberian sebuah perusahaan film Holywood yang telah sukses mengangkat cerita kepahlawanan masyarakat Yunani.

Perjalanan dari Istanbul menuju Canakkale memakan waktu sekitar 5 jam, rata rata perjalanan di sini menjadi lama sebab pengemudi bus wisata memang menjaga kecepatan laju kendaraannya. Entahlah mungkin hal ini dilakukan guna memberi kesempatan kepada para wisatawan untuk menikmati pemandangan disepanjang perjalanan.  Bagi saya yang biasa setir sendiri, bus ini terasa membosankan, ingin rasanya menyuruh si Ibrahim (nama supir kami) untuk pindah ke belakang dan saya yang menggantikan, Grrrrrrrr.
Setelah kurang lebih 3,5 jam perjalanan di Istanbul, kami tiba di laut Marmara, di sini kami harus menyebrang dengan ferry selama 30 menit. Gambaran suram tentang kondisi kapal butut dan joroknya dek kapal serta kesemrawutan pedagang asongan tentu saja tidak saya temukan selama penyebrangan. Sebaliknya justru saya benar benar menikmati penyebrangan ini sebab selama penyebrangan kami di ikuti oleh sekumpulan burung-burung Camar yang lincah menari diatas awan..
 
Setelah melalui 30 menit penyebrangan dan 1,5 jam perjalanan menuju Troy, akhirnya kami sampai. Di kejauhan telah tampak sebuah patung kuda berwarna hitam yang konon merupakan bagian dari strategi perang. Perang Troya berawal dari perselisihan antara dewi Athena, Hera dan Aphrodite, ketiga dewi ini memperebutkan tahta siapakah yang tercantik diantara mereka, kemudian Zeus sebagai rajanya para dewa mengirim para dewi itu kepada Paris. Konon Paris dipercaya sebagai pria paling tampan dimuka bumi (setelah saya tentunya). Singkat cerita Paris memilih Aphrodite sebagai "yang tercantik," Sebagai balasannya, Aphrodite mengirim Helene, wanita cantik yang ternyata Istri dari Menelaos seorang raja Sparta, untuk jatuh cinta kepada Paris.


do i look like Paris..? the most handsome men in the universe..?
Helena sebenarnya adalah saudara perempuan Paris, Mereka berdua Merupakan anak raja namun kala itu semua anak laki laki harus dibunuh. Oleh karena itulah saat Paris masih kecil ayahnya memerintahkan seorang tentara kerajaan untuk membunuh Paris, namun sang tentara tidak tega melakukan pembunuhan tersebut. Sampai pada akhirnya Paris ditemukan dan dibesarkan oleh sebuah keluarga gembala di daerah pegunungan Ida. Paris kemudian membawa Helene ke Troya. Akibat perbuatannya, Menealus sang suami Helena juga raja dari kerajaan Sparta mengirim Pasukan Akhaia untuk  memimpin suatu ekspedisi ke Troya dan mengepung kota itu selama sepuluh tahun. Pasukan Akhia disembunyikan di dalam sebuah patung kuda yang besar sehingga mampu mengecoh dan melewati barisan pertahanan bangsa Troya. Perang yang aneh bukan..?.

Pernah dengar dan tahu virus di komputer yang diberi nama Trojan kan...? nah nama Trojan itu diambil dari kata Troy ini yang kurang lebih diartikan virus yang menyerang komputer anda secara diam diam. Persis seperti pasukan Akhia yang diam diam menyusup di dalam patung kuda Troy. Hehehe. Patung Troy ini terletak persis di pesisir laut Aegean, letaknya di Propinsi Canakkale. Angin laut yang berhembus semilir, debur ombak yang sesekali memecah kesunyian dan burung camar yang terbang dengan anggun benar benar menyempurnakan suasana saat itu. Sesegera mungkin saya mengambil kamera dan inilah beberapa hasilnya.

bersih dan teratur


Turkey the living history ( Part 3 )


Salju di Turkey...? apakah saya gila...? memang benar di luar sana udara dingin sekali namun rasanya belum minus derajat jadi belum pantas untuk turun salju. Benar saja, teman sebangku saya di perjalanan ini bilang yang barusan kami lewati adalah Cotton Castle. Dari kejauhan sebuah bukit yang berundak undak itu terlihat begitu gagah dan megah. Indah sekali.

Ya, perjalanan saya kali ini telah sampai pada sebuah tempat bernama Pamukalle, sesungguhnya Pamukalle merupakan sebuah situs alami yang terbentuk oleh sedimentasi mineral karbon dioksida yang telah berlangsung sangat lama. Proses ini lah yang akhirnya  membentuk istana bak terbuat dari kapas yang menglirkan air hangat. Udara di Pamukalle yang menyentuh 5 derajat celcius pun tak lagi terasa dingin.

Beberapa kawanan angsa yang menggemaskan terlihat asik sekali berenang di balik bukit Pamukalle. Seolah hendak menari diatas jernihnya air danau. Cantik sekali harmoni kehidupan yang begitu menenangkan.

Pamukalle terletak di provinsi Denizli. Pamukalle sendiri dahulunya lebih dikenal sebagai Hierapolis. Sebuah kota kuno peninggalan Romawi yang dulu begitu termahsyur. Berdasarkan keterangan masyarakat setempat Pamukalle merupakan tempat mandi para raja di zaman kerajaan Romawi kuno. Itu sebabnya sampai saat ini pun masih banyak wisatawan yang datang ketempat ini untuk sekedar berendam di hangatnya air danau. Saya pun segera membuka alas kaki saya untuk sekedar merendamkan kaki untuk sejenak bersantai dan melepaskan keletihan selama diperjalanan. Airnya hangat sekali, dan mampu membuat syaraf di telapak kaki saya terasa lebih baik. Konon, setiap kali kita merendamkan tubuh kita di kolam "cotton castle" ini kita akan bertambah muda sepuluh tahun....wow menyenangkan bukan?.


Tak terasa hari sudah semakin larut. Semburat sinar mentari sudah mulai terlihat malu malu seirama dengan awan yang mulai tampak kemerahan. Sebelum awan menghitam dan benar benar menggelapkan tempat ini saya sempatkan sejenak mengabadikan suasana di Pamukalle dengan beberapa bidikan kamera. Benar benar keindahan yang tak akan pernah saya lupakan.







...........................bersambung

Selasa, 27 November 2012

Turkey the living history ( part 2 )

Mengunjungi Turkey tidak lengkap rasanya bila tidak mengunjungi kota kecil nan damai yang bernama Konya, dan berbicara tentang Konya tentunya tidak akan lepas dari sebuah museum yang bernama Mevlana Caladiin. Sebuah museum yang dahulunya merupakan pusat kegiatan kaum Sufi di Turky. 

Adalah Jalal ad-Din Muhammad Rumi yang merupakan pemimpin dari para pengikut aliran Sufi tersebut. Di Museum inilah jasad beliau dimakamkan. Selain makam beliau dan beberapa pengikutnya,  Di museum ini pula tersimpan janggut yang konon merupakan janggut Nabi Muhammad.

Memasuki komplek Museum Mevlana, semua pengunjung diharuskan untuk melapisi alas kakinya dengan plastik yang telah disediakan. Tentu saja hal ini dilakukan guna menjaga kesucian museum. Bangunan yang interiornya mirip masjid biru di Istanbul ini benar benar kental suasana sakralnya. Terlebih dengan alunan musik khas Sufi yang sayup sayup terdengar, mampu membius setiap pengunjung ke dalam sebuah suasana magis. Pengunjung pun dilarang bicara kencang kencang, hanya di perbolehkan berbisik. Mengambil gambar pun dilarang. Sedikit saja melanggar, ada polisi disetiap sudut bangunan yang tanpa ragu akan mengur kita.
 

Disini memang kita tidak akan menemukan tarian Sufi yang terkenal, sebab saya justru mendapatkan kesempatan menyaksikan tarian Sufi tersebut saat saya berkunjung ke Cappadocia. Di museum ini hanya terdapat beberapa diorama yang akan memberikan sedikit gambaran tentang apakah sebenarnya makna dari tarian Sufi yang konon memiliki unsur magis.

Jalal Ad-Din Muhammad Rumi yang merupakan guru bagi para pengikut kaum Sufi merupakan sosok yang sangat mencintai Allah SWT, sehingga setiap detik dalam hidupnya beliau habiskan untuk mengabdi pada Allah. Di tengah-tengah pengabdiannya, beliau mencoba menemukan caranya sendiri untuk berkomunikasi kepada sang pencipta. Bila kita perhatikan lebih dalam tarian Sufi ini memang terlihat sederhana namun sesungguhnya mengandung makna yang sangat dalam. 

Posisi tangan kanan yang selalu menengadah ke atas konon bermakna keikhlasan menerima apa pun dari Allah. Sementara posisi tangan kiri yang seolah sedang memberi tak lain disimbolkan agar manusia harus selalu mengembalikan apa yang telah Allah berikan kepada sesama manusia maupun alam sekitar. Sebuah makna yang sangat dalam terlebih keluar dari sebuah gerakan yang sangat sederhana dan cenderung membosankan. Mengejutkannya lagi para Master sufi ini sanggup melakukan gerakan berputar dengan posisi tangan seperti saya jelaskan sebelumnya hingga tiga jam.
 

Sebuah keihklasan yang terefleksi begitu khusuk melalui sebuah tarian sederhana dan jangan salahkan saya ketika saya menangis saat mendengarkan CD musik yang biasanya mengiringi tarian musik tersebut. Cd ini merupakan satu satunya oleh oleh yang tidak akan saya sesali saat membelinya, walaupun harganya sedikit mahal.








.........bersambung

Minggu, 25 November 2012

Turkey the living history (part 1)


Wah ga terasa sudah sekian bulan saya tidak posting sejak postingan terakhir saya. Hmm mari kita lewatkan dulu saja ya session curhat-curhatan melownya. Saya ingin kembali memutar kenangan saya terhadap sebuah perjalanan yang tak terlupakan yang pernah saya dan beberapa rekan lakukan selama 10 hari di Turky. Ya Turki, negri dengan umur peradaban manusia yang sangat tua, negeri yang mengunjunginya adalah mimpi.  



Saya ingat sekali saat itu saya saya masih di bangku sekolah dasar. saat itu di televisi saya menyaksikan sebuah film berjudul "The Voyager”. Film ini bercerita tentang seseorang yang mampu menembus waktu untuk berpindah tempat dari satu negara ke negara lain hanya dengan berbekal sebuah mesin waktu yang bentuknya mirip jam tangan almarhum kakek saya. 

Add caption
Di Film itu saya ingat ketika sang jagoan pernah lompat dari sebuah kota pencakar langit yang modern menuju kota kuno yang berbentuk mengerikan, Kota ini kemudian saya ketahui bernama Cappadocia, kota yang sangat tua. Sebuah kota yang unik yang menyimpan banyak sekali cerita.  Cappadocia merupakan sebuah daerah yang berbentuk lembah, dengan banyak sekali bukit-bukit batu yang berbentuk aneh. mirip seperti setting film The Flinstone. Di beberapa tempat saya lihat ada yang berbentuk jamur, ada pula yang berbentuk seperti unta. Cappadocia konon terbentuk akibat ledakan gunung merapi yang terjadi sekitar dua juta tahun yang lalu. Efek erupsi ledakan ternyata mampu membuat struktur daerah ini menjadi luar biasa. Seperti pernah saya katakan sebelumnya ini semua bagaikan mimpi. saya pun tentunya tidak akan melewatkan hal terpenting saat berkunjung ke Cappadocia ini yaitu berkeliling lembah demi lembah Cappadocia dengan menggunakan hot air baloon, as u seen on National Geographic, yihaaa i'm flying...



Berawal dari kekaguman saya terhadap Cappadocia itulah yang kemudian membuat saya mulai membangun mimpi untuk dapat mengunjungi Turki secara keseluruhan. Tentu saja saya mengunjungi Blue mosque yang termahsyur, St.Sophia church yang pernah mengalami beberapa kali perubahan fungsi, dan tentu saja The Ephesus.
Ephesus adalah contoh nyata sejarah yang dapat kita saksikan sendiri. Berbagai peninggalan kejayaan Yunani dan Romawi pun begitu memukau. Ephesus merupakan sebuah situs bersejarah peninggalan dua bangsa besar yaitu bangsa Yunani dan Romawi. Situs yang dahulunya merupakan kota yang sangat maju dan ramai di abad pertama sebelum peradaban modern ini memiliki daya tarik yang luar biasa. Reruntuhan yang tersisa masih mampu menghadirkan refleksi kemegahan bangsa Yunani dan Romawi saat itu. Di komplek ini dahulunya terdapat sebuah perpustakaan terbesar di dunia. Ephesus sendiri terletak di Sebuah kota bernama Selcuk, untuk mencapai kota ini banyak sekali alternatif transportasi yang bisa kita pilih mulai dari pesawat hingga bus. Bandara terdekat dari kota ini adalah sebuah bandara kecil di kota Izmir, Izmir itu sendiri meruopakan kota besar ke Enam di Turky. Setelah Istanbul dan Ankara. 

Semua letih yang saya rasakan seolah hilang saat saya menyaksikan sendiri sejarah yang selama ini saya kagumi. Lelah yang disebabkan perjalanan dari Istanbul menuju Cappodacia yang harus saya tempuh dengan menggunakan bus yang memakan waktu yang sangat lama seolah hilang tak berbekas.
                                     



                                                                                                          .........................bersambung










Sabtu, 20 Oktober 2012

A BLAST FROM THE PAST


Beberapa bulan yang lalu saya berjanji untuk melanjutkan cerita tentang kepindahan saya kembali ke Jakarta. Sebuah peristiwa yang awalnya saya pikir adalah kemustahilan atau sebuah peristiwa yang bila ingin terjadi akan menguras kantong saya sedemikian dalam. Namun ternyata benar kata orang bijak, tidak ada hal yang mustahil di dunia ini. Sudah hampir 2 bulan saya kini memiliki pola hidup yang sedemikian “baru”. Baru karena kini saya harus terbangun setiap jam 4 pagi dan kemudian dalam satu jam harus segera berangkat menuju kantor yang letaknya lebih dari 40 KM dari rumah. Setiap pagi saya harus mengendara mobil menuju ke kantor selama satu jam, tidak seperti sebelumnya di kota kecil saya hanya perlu l0 menit berkendara motor untuk menuju ketempat kerja.

Seperti kita semua telah ketahui bahwa untuk hidup di kota besar seperti Jakarta akan membawa kita selalu berkejaran dengan segala ketidak-pastian situasi jalanan. Inilah yang menyebabkan saya lebih memilih berangkat pagi walaupun bisa hampir dipastikan setiap hari pulalah saya datang terlalu pagi. Saya bisa bisa sampai kantor jam 6.15 menit setiap pagi. tapi baguslah dengan demikian saya bisa menlanjutkan tidur saya kembali setidaknya selama satu jam, satu jam tidur yang sangat berharga bagi saya. Lantas bila demikian kenapa harus berangkat sepagi itu..? sebab bila saya berangkat sedikit lebih siang saya akan stuck di kemacetan yang minimal menghabiskan waktu saya selama 2 jam dan tentunya saya akan terlambat.

Lantas kenapa tidak cari kost saja dekat kantor, jawabannya tentu sedikit melow-romantis but reasonable, sebab saya punya keluarga disini, sebab saya punya rumah disini, sebuah rumah perjuangan sederhana yang susah payah saya bangun seolah menanti untuk ditinggali. Masa' saya harus negakost juga..? FYI saya sudah jadi anak kost selama kurang lebih 14 tahun. jadi insyaallah cukup lah.

Bila mengingat kembali jauh kebelakang bisa dikatakan bahwa rutinitas ini adalah rutinitas yang tidak juga terlalu baru, sebab saat sekolah menengah pertama saya sudah melakukan rutinitas pagi yang semacam ini, walaupun saat itu tidak selalu berhasil sebab saya kerap datang terlambat sampai disekolah.

Walaupun demikian semua ini sangat berarti, dan ini semua sangat saya syukuri, sebab paling tidak saya tidak perlu lagi menjalani perjalanan belasan jam menuju setiap kali hendak pulang ke Jakarta dan sebaliknya, belum lagi dengan kenyataan kondisi transportasi disana yang tidak banyak pilihan. Situasai situasi sulit yang kerap membuat saya tergoda untuk meratapi nasib kemudian berpikir untuk menyerah. Selama hampir 8 tahun saya melakukan rutinitas pulang pergi ke Jakarta dengan ratusan jam penerbangan  membuat saya sampai saat ini pun sama sekali tidak merindukan rutinitas tersebut. And i hope when i do this again it’s purely for holiday.

Saya hanya berharap semua akan menjadi lebih baik bagi saya disini. Setidaknya saya bisa kembali berkumpul bersama keluarga, setidaknya saya bisa menempati rumah perjuangan yang saya bayar setiap bulannya dengan keringat dan segala kondisi pergulatan batin. Semoga saya pun tidak terlalu prematur untuk mengatakan suasana dikantor baru ini jauh lebih “cocok” buat saya, meskipun saya juga sedikit rindu dengan beberapa orang dikantor lama saya.

Saat ini saya sedang berada disebuah ketinggian sambil memandang kota dengan seluk beluk kesibukannya yang belum mulai menggeliat, atau apakah karena ini hari minggu dan masih jam 5.38 pagi jadi Jakarta masih terlihat sangat “hening”.  Dalam ketenangan ini saya melambungkan lamunan saya pada teman teman perjalanan saya yang dulu kerap menemani weekend demi weekend. Bertanya tanya apakah Eja masih sibuk mengurus kaus komunitasnya, apakah Andreas masih bahagia dengan menjadi TOA buat semua couchsurfer disana. Apakah Aaron kini sudah mulai bisa berbahasa Indonesia, kemudian Danil yang lama kelamaan berganti profesi sebagai juru kuncen pantai Papuma, dan Danang juga yang selalu galau dengan statusnya di BBM dan tentu saja si cantik Emil yang setiap hari selalu saja semakin ehmmm kasih tau ga eaaagh...hehehe anw apapun yang mereka dan tentu saja saya hadapi saat ini dengan hidup kita masing masing namun saya yakin setiap manusia lahir ke dunia berhak untuk merasakan kebahagiaan.

Let's find and do your happiness friends...

Rabu, 29 Agustus 2012

Kotak usang pun berbicara

Pagi belum genap benar, matahari pun masih tampak hemat, tak banyak cahaya yang menerangi suasana diluar sana. Deru putaran kipas angin di kamar hanya satu satunya pemecah keheningan dini hari ini, disaat yang sama saya harus menerima telepon masuk dalam keadaan setengah sadar..telp tersebut tak lain adalah telepon dari sopir travel yang akan membawa saya ke airport di Surabaya.

Kepulangan saya kali ini ke Jakarta sangat berbeda, sebab kali ini saya pulang ke Jakarta untuk kembali bekerja disana. Hampir lima tahun terakhir ini saya memang bekerja untuk sebuah kantor pemerintah disebuah kota kecil di Jawa Timur yaitu di Situbondo, dan hampir selama itu pulalah saya melakukan ritual mudik setiap dua mingu sekali.

Syukur Alhamdulillah, ritual mudik ini akan segara berakhir, sebab mulai bulan ini saya kembali bekerja di Jakarta. Sebuah tantangan lain yang telah menanti. Namun rupanya meninggalkan sesuatu yang sudah kita jalani bertahun tahun bukan hal yang mudah. 


Setiap sudut kamar kost saya seolah berbicara "kamu akan tinggalkan kami..?" Lemari besi kecil tempat saya biasa menyimpan segala barang berharga pun seolah berkata " jadi inikah saatnya..? Kamu tinggalkan saya dan saya akan kembali menjadi sebuah kotak usang tempat menyimpan barang barang kurang berharga, seperti dahulu saat kamu pertama kali menemukan saya".

Mungkin saya berlebihan namun setidaknya itulah yg terlintas dalam benak saya. Saya sempatkan mengabadikan sedikit kenangan tentang kamar kost saya tersebut dalam sebuah bidikan kamera. Belum lagi usai kegalauan meninggalkan kamar, kini kegalauan lain menghampiri saya saat berpamitan dengan ibu kost. Wanita tua sederhana yang selama ini menjadi pelindung saya. Saya lihat rona kesedihan terpancar diwajahnya. Saya tak berharap dia meneteskan air mata, karena itu hanya akan membuat saya semakin sedih.

Waktu tak mampu ku bendung, travel yang akan membawa saya ke Surabaya pun telah menunggu di depan rumah. satu hal yg saya yakini bahwa saya memiliki banyak sekali kenangan disini and I wont forget this experience for thousands of years....

Bersambung.........

Kamis, 09 Agustus 2012

Belajar Menjabar Sabar

Setiap perjalanan memiliki kisah, setiap perjalanan bercerita, dan setiap perjalanan juga memiliki awal dan berujung.
Tepatnya 5 Januari 2004, saya menapakkan kaki untuk pertama kalinya di Bandara Djuanda di Surabaya. Keberangkatan saya ke Surabaya tak lain guna mengawali karir saya di institusi ini. Kala itu panas begitu menyengat, makhluk gemuk yang satu ini begitu sulit mengatur langkah. Kepadatan manusia yang sedang mencoba keluar dari pintu pesawat berbadan kecil milik perusahaan penerbangan yang kini sudah bubarpun menjadi tantangan tersendiri. Apa boleh buat pesawat jenis inilah yang saat itu dikelola oleh airlines yang terkenal paling murah dan sesuai dengan kantong saya. Sebuah koper tua milik ayah saya tercinta menjadi satu satunya barang berharga yang menemani.Oh ya tujuan akhir saya  adalah sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur yang bernama Jember. 
Celingak celinguk di bandara Djuanda (lama) tentunya merupakan gesture yang wajar saat itu, sebab daerah ini memang sama sekali asing bagi saya. Untungnya saya tak perlu khawatir akan di jambret karena memang tidak banyak uang yang saya bawa. Berdasarkan informasi yang saya terima saya perlu naik taxi ke arah terminal bus Bungurasih nama terminal bus di Surabaya. Sekian lama menunggu namun tak satupun taxi yang saya lihat, hingga akhirnya saya diberitahu bahwa taxi pun sulit di dapat. Kemudian saya teringat akan sebuah kertas yang diselipkan ibunda tercinta kedalam saku baju saya yang ternyata berisi sebuah nomor telpon seorang saudara yang tinggal di daerah Sidoarjo. Ibunda saya pun berpesan untuk menghubunginya saat saya sampai di airport. Hape lama bermerk Phillips yang sangat saya banggakan sebab merupakan kristalisasi keringat saya selama bekerja beberapa bulan di sebuah bank di Bandung saat itu pun saya keluarkan dari tas guna menelepon nomor tersebut. Tak beberapa lama kemudian selamatlah saya, sebab penjemputan telah datang.

Sesampainya di terminal Bungurasih dan mendapatkan bus, saya melemparkan asa sembari berpikir seperti apakah kota Jember yang akan saya tinggali. Sebagai anak ibukota yang hanya tahu Jakarta dan Bandung saja, saya tentunya berpikiran bahwa Jember adalah sebuah daerah tertinggal yang akan menjadi tantangan terberat saya saat itu. (bahkan saya sempat membawa beberapa keperluan mandi cadangan untuk persediaan selama beberapa bulan, khawatir di sana tidak ada yang menjual barang barang tersebut). Berlebihan bukan? tapi itulah yang terjadi. Perjalanan menuju kota Jember terasa begitu lama dan panjang. Saya sudah merasa bosan, ingin rasanya segera sampai. Berkali kali bertanya pada kondektur bus namun jawaban yang sama-lah yang saya dapatkan yaitu "masih jauh mas". Sepanjang perjalanan yang saya lihat hanyalah sawah, rumah penduduk dan sungai. Keterkejutan saya saat itu pun berulang saat melihat hal hal aneh selama perjalanan, terutama saat saya melihat sebuah sungai besar yang menghubungkan kabupaten Lumajang dengan Jember. Saya melihat beberapa orang secara berdekatan melakukan aktifitas buang air besar berjamaah di sungai. Great…. now I see butts, and yes it’s the longest toilet I have ever seen. Etapiiiiii tahu ga, tidak jauh dari barisan warga yang sedang boker berjamaah tadi ada pula warga yang  sedang mencuci pakaian dan sikat gigi loh, ouch It happens and I’m not making it up. 


Setelah melalui 5 jam perjalanan yang melelahkan, akhirnya sampai juga di Jember, saya melihat kerumunan taxi didalam terminal, dan taxi inilah yang akan mengantarkan saya ke kantor baru di kota ini. Setelah bertanya apakah taxi ini menggunakan argo sang sopir pun menjawab ” iya ini taxi “argo” belakangan saya baru tahu kalau ternyata argo yang dia maksud adalah merk perusahaan taxi itu sendiri. Kemudian saya pun hanya diam dan pasrah begitu sang sopir menodong ongkos sebesar 25 ribu. Tak hendak bersikap lain sebab saya khawatir diturunkan di negeri antah berantah ini dengan meneteng-nenteng kopor ala turis nanggung Sopir taxi sialan gerutu saya dalam hati.

Kini setelah hampir 9 tahun sejak awal kedatangan saya di Jember, setelah beberapa kota disekitarnya pun saya singgahi, Jember bagi saya tidak hanya tentang pengalaman pertama ditipu sopir taxi, bukan pula tentang pengalaman saya ditipu karyawan sebuah superstore yang kini telah berganti nama ketika saya hendak membeli TV atau saat harus ditipu tukang becak saat galon Aqua saya dibawa kabur. Tentunya Jember juga bukan sekedar tentang berganti ganti kos-kosan dan bertemu orang orang baru. tetapi Jember juga adalah tempat bagi saya untuk pertama kalinya belajar mengendarai sepeda motor, tempat saya juga pertama kali mengumpat boss saya karena kebijakannya yang tremendously stupid. Jember dan kota kota lain disekitarnya juga berarti tempat dimana saya merasakan gegar budaya yang demikian menggaggu ketika orang orang yang saya anggap intelektual ternyata masih menggunakan aksen dan bahasa kedaerahan ditempat kerja which is sebenarnya populasinya tidak seratus persen homogen, lagipula ini lingkungan formal bung...Geez that's so annoying and harassing in some certain level.

Despite all that Jawa Timur pada umumnya dan khususnya Jember adalah tempat dimana saya bertemu dengan beberapa “cinta” walau kemudian kandas. Tempat saya pertama kali mengenal dunia siaran, tempat saya pertama kali naik becak keliling kota dengan hanya mengandalkan bahasa tubuh yang menghubungkan saya dengan sang tukang becak sebab kami berdua tidak saling mengerti bahasa masing. Kemudian tak berlebihan kiranya jika saya katakan bahwa Jember sudah menjadi seperti rumah lainnya bagi  saya, tempat dimana banyak sekali teman teman kreatif dan menyenangkan. Senang sekali melihat kota ini berkembang dan mengalami kemajuan.

Setelah hampir sembilan tahun belajar menjabar sabar, di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Jember Probolinggo, Pasuruan dan Situbondo, kini Insyaallah saya akan kembali ke Jakarta, tempat yang sekian lama saya tinggalkan, meski tidak pernah benar benar hilang dari hati. Teriring pula rasa cemas berbalut ketakutan akan kerasnya ibukota namun rasa syukur kehadirat Allah SWT tetap akan selalu menyelimuti setiap langkah saya.


Terimakasih ibu dan teman teman kos di GNI, ibu dan teman teman kos di Wahid Hasyim, ibu dan teman teman kos di Jl.Sumatra. Keluarga dan teman teman kos di Probolinggo, Keluarga dan teman teman kos di Situbondo. Teman teman kantor di Jember, Probolinggo, Pasuruan dan Situbondo yang sorry ga bakal bisa saya sebut satu satu. Sahabat sahabat saya; Andry, Vicktor dan keluarga, Eja, dr Pras, drg Faisol Bassoro, teman teman Jember Banget (keep up the good work all). Teman teman CouchSurfing Jember, Aaron, Andreas, Sattar Nasipedes, si cantik Emil, mba Mitha, Donda dasilva, mba Irma, Dyan Rachman,  Danang, Daniel Denz dan teman teman semua. U'll always in my heart…keep traveling keep reading pages and more pages of life thru traveling. Live your life by seeing more places. (ciehh kayak bener aja )

i'm coming back...just be nice to me Jakarta...


Kamis, 26 Juli 2012

My adventurous fasting in Kuching, Sarawak.

Melakukan ibadah puasa di negeri orang mungkin salah satu dari daftar hal menarik yang saya inginkan dalam hidup. Entah itu di Eropa atau di negara lainnya di Asia, atau dimana sajalah. Bukan karena jalan- jalannya tapi justru karena keinginan untuk menguji kekuatan iman saya berpuasa ditengah perjalanan dan ditengah kerumunan orang orang yang justru tidak berpuasa. Dimana lagi hal ini patut dibayangkan selain di benua benua yang mayoritas penduduknya bukan beragama Islam. 


Tepatnya setahun yang lalu saat saya kembali berkunjung ke tanah Borneo. Saya sempatkan untuk memperpanjang perjalanan dengan mengunjungi kota Kuching di negara bagian Sarawak di Malaysia. Perjalanan yang saya lakukan dalam suasana berpuasa tersebut normalnya akan memakan waktu sekitar 8-10 jam dengan menggunakan bus. Hanya saja saat saya melakukan perjalanan ini, jalan lintas Kalimantan sedang mengalami perbaikan besar besaran. Kondisi jalan yang buruk menyebabkan perjalanan saya tidak nyaman. Berikut ini photo situasi saat itu, setahun yang lalu, hihi kelihatan sekali kan perbedaannya.


Meskipun saat itu saya sudah mengambil bus dengan kelas eksekutif yang seharusnya dapat membuat perjalanan saya lebih menyenangkan, namun apa boleh buat. Bus berangkat sekitar pukul 22.00 dan kemudian akan singgah di sebuah rumah makan Padang yang terletak di daerah Sanggau di Kalimantan Barat. Seingat saya saat kami sampai disana sekitar pukul 02 pagi. Saya melihat rumah makan ini sebagai salah satu dari keajaiban dunia lainnya. Bayangkan saja ditengah daerah yang tak terbayangkan sebelumnya, rumah makan Padang ini berdiri dengan gagahnya. Seolah tak hendak meluangkan peluang untuk memuaskan hasrat kuliner para pelancong. Saya pun berhasil mengabadikan photo rumah makan ini saat perjalanan kembali ke Pontianak keesokan harinya.


Jam 02 pagi nampaknya bagi saya masih terlalu awal untuk makan sahur, sehingga saya hanya memanfaatkan perhentian di rumah makan tersebut untuk mengisi form imigrasi saja seraya membungkus apa saja yang bisa saya pesan dari rumah makan Padang tersebut.


Awalnya saya ragu untuk menu yang akan saya pesan namun akhirnya rendanglah pilihan saya, keraguan saya ini disebabkan kekhwatiran akan meracuni seluruh bus dengan aroma rendang Padang yang menyengat, namun pada saat sahur tiba ternyata hampir sebagian besar penumpang di bus tersebut melakukan hal yang sama, dengan demikian sukseslah bus tersebut kami cemari dengan berbagai aroma lauk khas warung Padang. Seolah rumah makan Padang berjalan, tambuah ciek da...


Tepat pukul 9 pagi, saya tiba di Kuching, Malaysia, panasnya tak tertahankan di negara bagian Sarawak ini. Terminalnya bersih dan teratur sekali. Saat saya berada di kota ini saya tidak merasa seperti sedang berada di bumi Kalimantan. Sekali lagi seperti photo sebelumnya, saya kembali disodorkan pada kenyataan bahwa antara Kalimantan versi Indonesia dan Borneo versi Malaysia sungguh jauh berbeda. Disini segala sesuatunya modern dan terarur. 


Masih terlalu pagi bagi saya untuk check in di hotel dan ditengah terik panas matahari kota ini, pilihan saya adalah mencari aktifitas dalam ruangan yang berpendingin udara dan sejuk. Yang terbersit dalam pikiran saya saat itu adalah nonton bioskop, kebetulan saat saya berkunjung kesana bertepatan dengan pemutaran film "Cowboy VS Alien". Disini bioskop sepertinya kurang populer, bioskopnya sepi penonton, sementara aturan yang diterapkan oleh operator bioskop disini show hanya akan dimulai bila ada 6 tiket yang terbeli dan thanks god saat itu sudah 5 orang yang membeli tiket. Aniwe orang Malaysia juga suka nonton film horor loh, bahkan mereka punya tuyul juga, sayangnya tuyulnya ga serem, liat aja tuh tuyul di poster...posenya ngondek cyiiin.


Setelah selesai menyaksikan film di bioskop kemudian saya menghabiskan waktu dengan berjalan jalan disekitar sungai Sarawak. Sekali lagi sungai disini bersih sekali, tidak terlihat penduduk yang melakukan aktifitasnya di bantaran sungai seperti umumnya di Indonesia. 


dari kejauhan nampak sebuah bangunan besar yang beratapkan emas. Awalnya saya pikir bangunan ini adalah bangunan masjid, namun ternyata bangunan ini adalah sebuah gedung pusat pemerintahan di Kota Kuching. Menyusuri sungai di Sarawak ini tidak pula mahal perorangnya hanya akan dikenakan biaya 15 RM untuk menyusuri sungai sarawak ini, namun jika hanya ingin menggunakan jasa perahu untuk menyebrang ongkosnya hanya sekitar 4 RM saja.


Tiba saatnya saya harus check in, saat itu waktu telah menunjukkan pukul 3 sore. Wow kamar hotelnya gueeede banget...hehehe photo photo narsis dulu ah (ga boleh protes).


Tentu saja saya tidak akan menghabiskan waktu hanya di dalam kamar hotel yang guede banget ini saja. Setelah beristirahat sejenak dan membersihkan diri sayapun keluar kamar dan mencari informasi atas hal hal menarik apakah yang bisa saya lakukan selama di kota ini. Berdasarkan informasi yang saya terima dari resepsionis hotel, pusat keramaian di kota ini saat bulan Ramadhan terletak di pasar traditional Sathook, tanpa berpikir panjang lagi sayapun segera mengunjungi Sathook food market. Di pasar inilah berbagai macam makanan khas Melayu-Malaysia dijajakan.


Sedikit terlihat kesamaan antara menu di Indonesia dengan di Malaysia. Bedanya terletak pada pilihan nasi yang mereka sajikan. Umumnya disini mereka menyajikan nasi lemak atau nasi briyani sebagai pilihan utama. Pilihan lauknya pun sangat mirip dengan apa yang ada di Indonesia. Bahkan mereka pun menjual ayam penyet, oh my god the penyet goes global.

Setelah perut kenyang bahkan nyaris meletus akibat kalap mata, semua saya makan akhirnya saya putuskan untuk berjalan-jalan santai menyusuri kawasan sungai Sarawak. Wuiih romantis sekali pemandangannya, indah banget, pindar pindar cahaya lampu menghias gelapnya malam saat itu. Andaikan sang kekasih menemani...(toyor kepala).


Perjalanan saya di Sarawak pada bulan puasa ini mungkin juga jawaban dari doa saya yang ingin berpuasa di negeri orang, ditengah tengah masyarakat yang mayoritas tidak berpuasa, sebab itulah yang saya alami. Saya berpuasa di negeri orang dan diperjalanan saya kembali ke Kalimantan, saya bearada di dalam bus yang mayoritas penumpangnya tidak berpuasa. Bukan karena mereka bule, mereka Indonesia kok, bahkan saya yakin mereka beragama Islam, tapi entah mengapa mereka tak berpuasa. Mungkin alasan perjalanan jauhlah yang menjadikan mereka tidak menunaikan ibadah puasa hari itu. Wallahualam,  who am i to judge yang jelas maha besar Allah, yang meng-ijabah doa saya dengan cara yang paling tak terduga. So folks ..have an adventurous fasting ya....