Rabu, 28 November 2012

Turkey the living history ( Part 4 )

Gunaydiin bapak ibu semua, sapa si Sarkant mencoba mengatakan selamat pagi kepada semua rombongan, Ya, Sarkant adalah tour leader kami kali ini. How's your sleep..? today we are going to see the Troy monument, mungkin bapak ibu semua sudah pernah menyaksikan film Troy yang di bintangi oleh Brad Pit..? ya, hari ini kita akan menuju Canakkale, sebuah daerah pesisir pantai yang tenang untuk sejenak melihat seperti apakah patung atau monument Troy tersebut. Monumen yang kini berdiri kokoh disana adalah Replika, pemberian sebuah perusahaan film Holywood yang telah sukses mengangkat cerita kepahlawanan masyarakat Yunani.

Perjalanan dari Istanbul menuju Canakkale memakan waktu sekitar 5 jam, rata rata perjalanan di sini menjadi lama sebab pengemudi bus wisata memang menjaga kecepatan laju kendaraannya. Entahlah mungkin hal ini dilakukan guna memberi kesempatan kepada para wisatawan untuk menikmati pemandangan disepanjang perjalanan.  Bagi saya yang biasa setir sendiri, bus ini terasa membosankan, ingin rasanya menyuruh si Ibrahim (nama supir kami) untuk pindah ke belakang dan saya yang menggantikan, Grrrrrrrr.
Setelah kurang lebih 3,5 jam perjalanan di Istanbul, kami tiba di laut Marmara, di sini kami harus menyebrang dengan ferry selama 30 menit. Gambaran suram tentang kondisi kapal butut dan joroknya dek kapal serta kesemrawutan pedagang asongan tentu saja tidak saya temukan selama penyebrangan. Sebaliknya justru saya benar benar menikmati penyebrangan ini sebab selama penyebrangan kami di ikuti oleh sekumpulan burung-burung Camar yang lincah menari diatas awan..
 
Setelah melalui 30 menit penyebrangan dan 1,5 jam perjalanan menuju Troy, akhirnya kami sampai. Di kejauhan telah tampak sebuah patung kuda berwarna hitam yang konon merupakan bagian dari strategi perang. Perang Troya berawal dari perselisihan antara dewi Athena, Hera dan Aphrodite, ketiga dewi ini memperebutkan tahta siapakah yang tercantik diantara mereka, kemudian Zeus sebagai rajanya para dewa mengirim para dewi itu kepada Paris. Konon Paris dipercaya sebagai pria paling tampan dimuka bumi (setelah saya tentunya). Singkat cerita Paris memilih Aphrodite sebagai "yang tercantik," Sebagai balasannya, Aphrodite mengirim Helene, wanita cantik yang ternyata Istri dari Menelaos seorang raja Sparta, untuk jatuh cinta kepada Paris.


do i look like Paris..? the most handsome men in the universe..?
Helena sebenarnya adalah saudara perempuan Paris, Mereka berdua Merupakan anak raja namun kala itu semua anak laki laki harus dibunuh. Oleh karena itulah saat Paris masih kecil ayahnya memerintahkan seorang tentara kerajaan untuk membunuh Paris, namun sang tentara tidak tega melakukan pembunuhan tersebut. Sampai pada akhirnya Paris ditemukan dan dibesarkan oleh sebuah keluarga gembala di daerah pegunungan Ida. Paris kemudian membawa Helene ke Troya. Akibat perbuatannya, Menealus sang suami Helena juga raja dari kerajaan Sparta mengirim Pasukan Akhaia untuk  memimpin suatu ekspedisi ke Troya dan mengepung kota itu selama sepuluh tahun. Pasukan Akhia disembunyikan di dalam sebuah patung kuda yang besar sehingga mampu mengecoh dan melewati barisan pertahanan bangsa Troya. Perang yang aneh bukan..?.

Pernah dengar dan tahu virus di komputer yang diberi nama Trojan kan...? nah nama Trojan itu diambil dari kata Troy ini yang kurang lebih diartikan virus yang menyerang komputer anda secara diam diam. Persis seperti pasukan Akhia yang diam diam menyusup di dalam patung kuda Troy. Hehehe. Patung Troy ini terletak persis di pesisir laut Aegean, letaknya di Propinsi Canakkale. Angin laut yang berhembus semilir, debur ombak yang sesekali memecah kesunyian dan burung camar yang terbang dengan anggun benar benar menyempurnakan suasana saat itu. Sesegera mungkin saya mengambil kamera dan inilah beberapa hasilnya.

bersih dan teratur


Turkey the living history ( Part 3 )


Salju di Turkey...? apakah saya gila...? memang benar di luar sana udara dingin sekali namun rasanya belum minus derajat jadi belum pantas untuk turun salju. Benar saja, teman sebangku saya di perjalanan ini bilang yang barusan kami lewati adalah Cotton Castle. Dari kejauhan sebuah bukit yang berundak undak itu terlihat begitu gagah dan megah. Indah sekali.

Ya, perjalanan saya kali ini telah sampai pada sebuah tempat bernama Pamukalle, sesungguhnya Pamukalle merupakan sebuah situs alami yang terbentuk oleh sedimentasi mineral karbon dioksida yang telah berlangsung sangat lama. Proses ini lah yang akhirnya  membentuk istana bak terbuat dari kapas yang menglirkan air hangat. Udara di Pamukalle yang menyentuh 5 derajat celcius pun tak lagi terasa dingin.

Beberapa kawanan angsa yang menggemaskan terlihat asik sekali berenang di balik bukit Pamukalle. Seolah hendak menari diatas jernihnya air danau. Cantik sekali harmoni kehidupan yang begitu menenangkan.

Pamukalle terletak di provinsi Denizli. Pamukalle sendiri dahulunya lebih dikenal sebagai Hierapolis. Sebuah kota kuno peninggalan Romawi yang dulu begitu termahsyur. Berdasarkan keterangan masyarakat setempat Pamukalle merupakan tempat mandi para raja di zaman kerajaan Romawi kuno. Itu sebabnya sampai saat ini pun masih banyak wisatawan yang datang ketempat ini untuk sekedar berendam di hangatnya air danau. Saya pun segera membuka alas kaki saya untuk sekedar merendamkan kaki untuk sejenak bersantai dan melepaskan keletihan selama diperjalanan. Airnya hangat sekali, dan mampu membuat syaraf di telapak kaki saya terasa lebih baik. Konon, setiap kali kita merendamkan tubuh kita di kolam "cotton castle" ini kita akan bertambah muda sepuluh tahun....wow menyenangkan bukan?.


Tak terasa hari sudah semakin larut. Semburat sinar mentari sudah mulai terlihat malu malu seirama dengan awan yang mulai tampak kemerahan. Sebelum awan menghitam dan benar benar menggelapkan tempat ini saya sempatkan sejenak mengabadikan suasana di Pamukalle dengan beberapa bidikan kamera. Benar benar keindahan yang tak akan pernah saya lupakan.







...........................bersambung

Selasa, 27 November 2012

Turkey the living history ( part 2 )

Mengunjungi Turkey tidak lengkap rasanya bila tidak mengunjungi kota kecil nan damai yang bernama Konya, dan berbicara tentang Konya tentunya tidak akan lepas dari sebuah museum yang bernama Mevlana Caladiin. Sebuah museum yang dahulunya merupakan pusat kegiatan kaum Sufi di Turky. 

Adalah Jalal ad-Din Muhammad Rumi yang merupakan pemimpin dari para pengikut aliran Sufi tersebut. Di Museum inilah jasad beliau dimakamkan. Selain makam beliau dan beberapa pengikutnya,  Di museum ini pula tersimpan janggut yang konon merupakan janggut Nabi Muhammad.

Memasuki komplek Museum Mevlana, semua pengunjung diharuskan untuk melapisi alas kakinya dengan plastik yang telah disediakan. Tentu saja hal ini dilakukan guna menjaga kesucian museum. Bangunan yang interiornya mirip masjid biru di Istanbul ini benar benar kental suasana sakralnya. Terlebih dengan alunan musik khas Sufi yang sayup sayup terdengar, mampu membius setiap pengunjung ke dalam sebuah suasana magis. Pengunjung pun dilarang bicara kencang kencang, hanya di perbolehkan berbisik. Mengambil gambar pun dilarang. Sedikit saja melanggar, ada polisi disetiap sudut bangunan yang tanpa ragu akan mengur kita.
 

Disini memang kita tidak akan menemukan tarian Sufi yang terkenal, sebab saya justru mendapatkan kesempatan menyaksikan tarian Sufi tersebut saat saya berkunjung ke Cappadocia. Di museum ini hanya terdapat beberapa diorama yang akan memberikan sedikit gambaran tentang apakah sebenarnya makna dari tarian Sufi yang konon memiliki unsur magis.

Jalal Ad-Din Muhammad Rumi yang merupakan guru bagi para pengikut kaum Sufi merupakan sosok yang sangat mencintai Allah SWT, sehingga setiap detik dalam hidupnya beliau habiskan untuk mengabdi pada Allah. Di tengah-tengah pengabdiannya, beliau mencoba menemukan caranya sendiri untuk berkomunikasi kepada sang pencipta. Bila kita perhatikan lebih dalam tarian Sufi ini memang terlihat sederhana namun sesungguhnya mengandung makna yang sangat dalam. 

Posisi tangan kanan yang selalu menengadah ke atas konon bermakna keikhlasan menerima apa pun dari Allah. Sementara posisi tangan kiri yang seolah sedang memberi tak lain disimbolkan agar manusia harus selalu mengembalikan apa yang telah Allah berikan kepada sesama manusia maupun alam sekitar. Sebuah makna yang sangat dalam terlebih keluar dari sebuah gerakan yang sangat sederhana dan cenderung membosankan. Mengejutkannya lagi para Master sufi ini sanggup melakukan gerakan berputar dengan posisi tangan seperti saya jelaskan sebelumnya hingga tiga jam.
 

Sebuah keihklasan yang terefleksi begitu khusuk melalui sebuah tarian sederhana dan jangan salahkan saya ketika saya menangis saat mendengarkan CD musik yang biasanya mengiringi tarian musik tersebut. Cd ini merupakan satu satunya oleh oleh yang tidak akan saya sesali saat membelinya, walaupun harganya sedikit mahal.








.........bersambung

Minggu, 25 November 2012

Turkey the living history (part 1)


Wah ga terasa sudah sekian bulan saya tidak posting sejak postingan terakhir saya. Hmm mari kita lewatkan dulu saja ya session curhat-curhatan melownya. Saya ingin kembali memutar kenangan saya terhadap sebuah perjalanan yang tak terlupakan yang pernah saya dan beberapa rekan lakukan selama 10 hari di Turky. Ya Turki, negri dengan umur peradaban manusia yang sangat tua, negeri yang mengunjunginya adalah mimpi.  



Saya ingat sekali saat itu saya saya masih di bangku sekolah dasar. saat itu di televisi saya menyaksikan sebuah film berjudul "The Voyager”. Film ini bercerita tentang seseorang yang mampu menembus waktu untuk berpindah tempat dari satu negara ke negara lain hanya dengan berbekal sebuah mesin waktu yang bentuknya mirip jam tangan almarhum kakek saya. 

Add caption
Di Film itu saya ingat ketika sang jagoan pernah lompat dari sebuah kota pencakar langit yang modern menuju kota kuno yang berbentuk mengerikan, Kota ini kemudian saya ketahui bernama Cappadocia, kota yang sangat tua. Sebuah kota yang unik yang menyimpan banyak sekali cerita.  Cappadocia merupakan sebuah daerah yang berbentuk lembah, dengan banyak sekali bukit-bukit batu yang berbentuk aneh. mirip seperti setting film The Flinstone. Di beberapa tempat saya lihat ada yang berbentuk jamur, ada pula yang berbentuk seperti unta. Cappadocia konon terbentuk akibat ledakan gunung merapi yang terjadi sekitar dua juta tahun yang lalu. Efek erupsi ledakan ternyata mampu membuat struktur daerah ini menjadi luar biasa. Seperti pernah saya katakan sebelumnya ini semua bagaikan mimpi. saya pun tentunya tidak akan melewatkan hal terpenting saat berkunjung ke Cappadocia ini yaitu berkeliling lembah demi lembah Cappadocia dengan menggunakan hot air baloon, as u seen on National Geographic, yihaaa i'm flying...



Berawal dari kekaguman saya terhadap Cappadocia itulah yang kemudian membuat saya mulai membangun mimpi untuk dapat mengunjungi Turki secara keseluruhan. Tentu saja saya mengunjungi Blue mosque yang termahsyur, St.Sophia church yang pernah mengalami beberapa kali perubahan fungsi, dan tentu saja The Ephesus.
Ephesus adalah contoh nyata sejarah yang dapat kita saksikan sendiri. Berbagai peninggalan kejayaan Yunani dan Romawi pun begitu memukau. Ephesus merupakan sebuah situs bersejarah peninggalan dua bangsa besar yaitu bangsa Yunani dan Romawi. Situs yang dahulunya merupakan kota yang sangat maju dan ramai di abad pertama sebelum peradaban modern ini memiliki daya tarik yang luar biasa. Reruntuhan yang tersisa masih mampu menghadirkan refleksi kemegahan bangsa Yunani dan Romawi saat itu. Di komplek ini dahulunya terdapat sebuah perpustakaan terbesar di dunia. Ephesus sendiri terletak di Sebuah kota bernama Selcuk, untuk mencapai kota ini banyak sekali alternatif transportasi yang bisa kita pilih mulai dari pesawat hingga bus. Bandara terdekat dari kota ini adalah sebuah bandara kecil di kota Izmir, Izmir itu sendiri meruopakan kota besar ke Enam di Turky. Setelah Istanbul dan Ankara. 

Semua letih yang saya rasakan seolah hilang saat saya menyaksikan sendiri sejarah yang selama ini saya kagumi. Lelah yang disebabkan perjalanan dari Istanbul menuju Cappodacia yang harus saya tempuh dengan menggunakan bus yang memakan waktu yang sangat lama seolah hilang tak berbekas.
                                     



                                                                                                          .........................bersambung