Senin, 23 Juli 2012

Buble dan gincu merah bu dokter


Semua orang juga tahu kalau saya penggemar berat Michael Buble, dan saat tahu pelantun lagu "home" itu akan menggelar konser di Malaysia, tanpa pikir panjang lagi saya pun langsung memesan tiket walaupun sedikit kesal kenapa harus di Malaysia, kenapa sih ga di Indonesia saja. Huh menyebalkan.
Kunjungan kali ini jelas bukan kunjungan pertama saya ke negri pak cik, tapi mungkin kunjungan kali ini yang justru tak akan terlupakan. Tak terlupakan karena pada kunjungan kali inilah saya harus traveling dalam kondisi tubuh yang sedang ngedrop. Ya saya sakit dan terpaksa harus berobat. Saya yakin sekali bahwa sebagian besar traveler akan berdoa sekuat tenaga untuk terhindar dari kondisi ini.  Selain mahal, tentunya berobat di negeri orang tidak sebebas berobat di negeri sendiri. (ga ada orang se RT yang bakal bawain saya buah sekebun incase saya harus di opname).

Kemarin saya benar benar tidak punya pilihan. Saya tidak mungkin melewatkan konser Buble dan hanya tidur - tiduran saja di hotel, so yes saya harus menemui dokter di klinik setempat. Serampainya di klinik dokter yang terletak di sebuah ruko sepi, dan dingin. Hanya terlihat beberapa kursi dan meja yang tertata membosankan di ruang pendaftaran pasien. Kemudian seorang receptionis menyapa dingin tanpa senyum. Kalimat yang terlontar pertama kali dari bibir perempuan tengah baya itu adalah " ah Indon right.. are you worker..? where is your sponsor's letter" and do you have any insurance..?. Oh may god dari mana pula  dia tahu kalau saya orang Indonesia, apakah wajah saya mirip burung garuda..? dan kenapa juga dia menduga saya "pekerja" atau worker? lantas dengan sedikit menaikkan intonasi bicara, saya mengeluarkan passport dan berkata, I'm Hendri, and i'm sick, i do have an insurance but i'm not sure i can use it here, but yes i have my money..so dont worry. (kibas poni)


Tak beberapa lama setelah mengisi form information, saya akirnya dipanggil masuk ke dalam ruang periksa. Ruangan yang tak seberapa besar itu juga terlihat sangat membosankan. Hanya sedikit cat hijau di bagian bawah dinding yang mampu menghangatkan suasana saat itu. Pandangan saya pun  langsung tertuju pada sosok perempuan berwajah mirip bintang film Bollywood. Dokter cantik berwajah khas perempuan India yang lumayan manis menurut saya. Bibirnya yang merah merona akibat balutan gincu mampu membuat hati ini ser-seran. Selain cantik dokter ini ternyata cukup canggih, canggih bukan karena dilengkapi dengan berbagai peralatan medis super hight tech, tapi lebih karena berani menentang semua pendapat yang selama ini diyakini oleh sebagian besar orang sakit di Indonesia. Menurut bu dokter kalo kita sedang sakit demam, badan kita akan panas kemudian disertai dengan menggigil. Dalam kondisi seperti ni pada umumnya kita akan berusaha membalut tubuh kita dengan pakain setebal mungkin, ternyata kebiasaan itu keliru. Menurut dokter cantik bergincu merah tadi kita seharusnya berpakaian sewajarnya saja. Menyelimuti badan kita dengan baju berlapis lapis hanya akan menahan keringat kita beserta dengan virus-virus di dalamnya. 

Asiknya lagi bu dokter tetap berkeyakinan bahwa tubuh saya baik baik saja dan menolak memberi obat, menurutnya demam ini akan hilang bila saya sempatkan lebih banyak waktu untuk beristirahat. Wiih ini artinya saya ga perlu mengeruk kantong lebih dalam. Sayangnya di Indonesia jarang kita temukan dokter yang tidak terobsesi meresepkan obat seperti ini, mereka justru berlomba lomba memberikan obat dengan dosis setinggi mungkin. Setelah seharian beristirahat saya pun siap untuk menyaksikan performance si Michael Buble. yippiiii.....


And I feel just like I’m living someone else’s life
It’s like I just stepped outside
When everything was going right
And I know just why you could not
Come along with me
’Cause this was not your dream
But you always believed in me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar